Merawat Muslim, Dokter Tanpa Batas Diusir dari Myanmar

Organisasi kemanusiaan Medecins Sans Frontieres (Dokter Tanpa Batas) mengatakan pihaknya telah diusir keluardari Myanmar dan dan puluhan ribu orang terancam nyawanya di negara tersebut.

Pengusiran itu dilakukan setelah organisasi kemanusiaan itu baru-baru ini merawat puluhan Muslim Rohingya korban kekerasan di negara bagian Arakan (Rakhine), yang mana kekerasan itu dibantah oleh pemerintah Myanmar.

Organisasi penerima Nobel Perdamaian itu mengaku “sangat terkejut” oleh keputusan Myanmar yang mengusir mereka setelah 20 tahun beraktivitas di negara itu, lansir Associated Press dikutip Aljazeera (1/3/2014).

“Hari ini untuk pertama kalinya dalam sejarah MSF beroperasi di negara ini, klinik-klinik HIV/AIDS di negara-negara bagian Rakhine, Shan dan Kachin, serta divisi Yangon, ditutup dan pasien tidak dapat menerima perawatan yang mereka butuhkan,” kata MSF dalam pernyataannya.

Organisasi yang juga dikenal dengan nama Doctors Without Borders itu mengatakan telah menutup klinik-kliniknya yang merawat 30.000 pasien HIV/AIDS dan lebih dari 3.000 orang pengidap tuberculosis, sehingga pasien tidak dapat menerima pengobatan vital, lansir Reuters.

Bengali

Jurubicara kepresidenan Myanmar, Ye Htut mengkritik MSFdalam koran Freedom karena mempekerjakan orang-orang Bengali, istilah yang dipakai pemerintah Myanmar untuk menyebut Rohingya. Ye Htut menuding MSF tidak transparan dalam melakukan aktivitasnya.

Ye Htut juga menuding MSF menyesatkan dunia internasional tentang peristiwa serangan atas Muslim yang terjadi bulan lalu di daerah pedalaman di utara Rakhine.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan lebih dari 40 Rohingya kemungkinan telah dibunuh. Namun, pemerintah Myanmar mati-matian menyangkal tuduhan yang mengatakan bahwa gerombolan orang-orang penganut Buddha yang menyerbu desa itu, membunuh para wanita dan anak-anak.

Pemerintah Myanmar mengatakan, seorang polisi dibunuh oleh Rohingya dan tidak ada kekerasan yang terjadi atas orang-orang Rohingya.

MSF mengatakan, pihaknya merawat 22 orang Rohingya yang terluka dan mengalami trauma.

Associated Press yang berulang kali berusaha menghubungi Ye Htut untuk meminta komentarnya hari Jumat (28/2/2014) kemarin tidak berhasil.

Myanmar merupakan negara dengan jumlah penduduk sekitar 60 juta jiwa dan mayoritas penganut Buddha. Orang Rohingya yang beragama Islam, sudah mendiami wilayah Arakan (sekarang namanya diganti dengan nama salah satu suku mayoritas Buddhis, Rakhine) jauh sebelum Kerajaan Burma yang menganut agama Buddha menduduki wilayah Arakan yang dulu juga merupakan sebuah kerajaan independen.

Sejak terjadi kekerasan terhadap Rohingya pada Juni 2012, MSF bekerja membantu orang-orang yang terusir dari kampungnya di 15 kamp pengungsian di Arakan.

Untuk pasien yang parah MSF hanya dapat memberikan pengobatan dan perawatan sekedarnya, sebab membawa mereka ke rumah-rumah sakit yang dikelola oleh mayoritas Buddhis merupakan tindakan berbahaya dan membutuhkan biaya besar.

“Tindakan MSF berpedoman pada etika kedokteran dan prinsip-prinsip netralitas dan imparsialitas,” kata MSF dalam pernyataannya, seraya menambahkan bahwa mereka berupaya melakukan dialog dengan pemerintah Myanmar, agar memperbolehkannya meneruskan kerja kemanusiaan di seluruh wilayah Myanmar.

Orang-orang Buddhis dan para biksu sering melakukan demonstrasi mengusir MSF dari Myanmar. (sumber: hidayatullah.com/1/3/2014)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>