Nabi SAW yang Ummi nan Berakal

Pada saat malaikat Jibril AS memerintahkan Muhammad SAW saat di gua Hira’ membaca “Iqra”, beliau menjawab, “Maa ana bi qaari” (aku tak pandai membaca). Pernyataan ini membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW adalahs seorang yang ummi (buta huruf) yang tidak bisa membaca maupun menulis.
Az-Zajaj, seperti dikutip Muhammad Ridha, menyatakan bahwa, “Ummi artinya orang yang berada dalam kondisi umat saat itu, yang tidak mengerti tulisan. Artinya, dia masih berada dalam watak aslinya. Dalam Al-Quran disebutkan sebuah ayat yang artinya, ‘Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), selain dongeng-dongeng bohong belaka…’ (QS. Al-Baqarah: 78). Arti ummi dalam ayat ini adalah orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang baca-tulis.”
Menurut Abu Ishaq, “Ummi adalah orang yang dinisbahkan kepada watak ibunya, yakni tidak pandai menulis. Orang yang dalam kondisinya tidak bisa menulis disebut ummi, sebab kepandaian menulis itu merupakan sesuatu yang harus diusahakan. Orang yang tak pandai menulis (ummi) seakan-akan juga dinisbatkan kapada dirinya saat dilahirkan, yakni keadaan dirinya pada saat dilahirkan ibunya.
Menurut Muhammad Ridha, bagi bangsa Arab, kepandaian menulis itu berasal dari orang-orang Tha’if. Mereka mempelajarinya dari orang-orang Hirah, dan orang-orang Hirah mengambilnya dari orag-orang penduduk Anbar. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Kita adalah umat yang ummi, tidak pandai menulis dan tidak pula pandai menghitung.”
Bangsa Arab dahulu kala disebut ummiyun karena kepandaian menulis di kalangan mereka sat itu masih jarang. Inilah arti kata ummi dalam bahasa Arab; demikian pula yang dipahami oleh bangsa Arab.”
Al-Fakhru Razi berkata dalam Tafsirnya, “Kebanyakan orang-orang Arab saat itu memang tidak bisa menulis dan membaca. Nabi SAW juga demikian. Oleh karena itu beliau disifati ummi.
Menurut para peneliti, keadaan Nabi SAW yang ummi itu justru teramsuk mukjizat beliau; dan hal itu bisa diterangakn dari berbagai sisi, antara lain:
1. Bahwa Nabi SAW membacakan Kitab Allah SWT kepada para shahabatnya secara teratur dari waktu ke waktu, tanpa ada pergantian lafazh maupun perubahan kalimat. Beda dengan orator yang jika disuruh mengulang sebuah pidato pastilah akan ada tambahan sedikit maupun banyak.
2. Andaikan Nabi Muhammad SAW bisa menulis dan membaca, niscaya beliau dituduh telah membaca kitab-kitab dari umat terdahulu dan mendapatkan ilmu dari hasil membaca itu. Namun karena beliau datang membawa Al-Quran yang agung ini, yang memuat berbagai macam ilmu, dan ternyata itu semua tanpa belajar terlebih dahulu ataupun membaca, dengan demikian ini termasuk mukjizat pula. Hal ini sesuai firman-Nya, “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Quran) sebuah kitab pun, dan tidak pernah pula menulisnya dengan tangan kananmu. (Andaikan kamu pernah membaca dan menulis), niscaya benar-benar ragulah orang-orang yang mengingkari(mu).” (QS. Al-Ankabut: 48)
3. Belajar menulis itu sebenarnya sesuatu yang mudah, karena orang yang paling minim kecerdasannya pun bisa dengan mudah belajar menulis, meski dengan usaha yang tidak seberapa. Jika ada orang tidak pandai menulis, itu menunjukkan kekurangannya yang besar daam memahami sesuatu.
Sesungguhnya Alalh SWT telah memberi kepada Nabi Muhammad SAW pengetahuan tentang umat-umat terdahulu dan umat-umat yang akan datang, dan memberinya fakta-fakta yang tidak diketahui manusia mana pun. Dengan demikian, dapat kita bayangkan betapa besar kekuatan akal dan pemahaman beliau SAW. (w-islam)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>