Menjaga Diri dari Makanan yang Syubhat
Baru-baru ini kita dikejutkan oleh pemberitaan tentang beredarnya produk impor cokelat siap makan olahan dari perusahaan produsen cokelat terkenal di dunia. Produk cokelat batang ini, setelah diteliti oleh Kementerian Kesehatan Malaysia pada 24 Mei 2014 lalu, diketemukan adanya kandungan DNA babi pada dua produk cokelat tersebut.
Masyarakat Muslim di sini pun gempar dengan temuan tersebut. Hal ini dikarenakan dalam kemasan produk tersebut tak dicantumkan kandungan DNA babi, hanya dicantumkan kandungan lemak hewani. Padahal, produk ini sudah menyebar secara luas di berbagai gerai minimarket dan toko-toko retail lainnya.
Pemerintah sendiri, dalam hal ini Kementerian Perdagangan, tidak bisa menghentikan produk impor cokelat tersebut karena sudah sesuai dengan standar internasional. “Peraturan di Indonesia, produk impor memang tidak diharuskan halal. Hanya syaratnya harus dicantumkan dalam komposisi,” kata Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, seperti dikutip dakwatuna.com dari Tempo (31/5/2014)
Masyarakat, menurut Lutfi, yang semestinya bisa memilih produk yang halal. “Kalau ditanya salah atau tidak, mereka (produsen Cadbury), berada dalam range yang benar. Kalau ditanya halal atau tidak halal, kemungkinan besar tidak halal, disinilah pentingnya masyarakat agar kritis,” kata dia.
Dalam kemasannnya, kata Lutfi, produsen telah mencantumkan kandungan cokelat, termasuk kandungan minyak binatang. Namun dia mengakui pencantuman tersebut tidak dilakukan secara mendetail. “Apakah berasal dari sapi, ikan, atau bahkan dari barang-barang yang haram,” katanya.
Meski tidak melanggar aturan, dia berjanji pemerintah akan membuat peraturan yang lebih rinci tentang komposisi sebuah produk. Lutfi juga akan menggelar pertemuan dengan instansi terkait, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kejadian itu mengingatkan umat Islam untuk berhati-hati dalam memilih atau mengkonsumsi makanan dan minuman. Sertifikasi halal dari MUI setidaknya telah memberikan ketenangan batin atas produk makanan dan minuman yang kita konsumsi. Sebab, pemberian sertifikasi halal MUI telah melalui uji lab yang jelas.
Jika sebuah produk tak terkandung tanda halal dari lembaga yang kompeten, maka kita harus waspada demi menjadi diri dari yang syubhat (tidak jelas atau meragukan). Perkara yang syubhat akan jatuh ke haram.
Jika kita dapat menjaga hal yang syubhat, berarti kita telah membentengi agama dan kehormatan Islam. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Diantara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “. (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Mari kita menjaga diri dari makanan dan minuman yang syubhat agar ridha Allah SWT kita dapatkan. (w-islam.com)
Leave a Reply