Para Sahabat Nabi SAW yang Pertama Masuk Islam

Nabi Muhammad SAW sangat gigih dan sabar dalam berdakwah, yakni mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT semata. Tradisi dan budaya Arab di masa jahiliyah itu masih dipenuhi dengan berbagai penyakit keimanan dan sosial seperti menyembah berhala, mengundi nasib, mabuk-mabukan, dan sebagainya.
Dengan kegigihan dan kesabarannya dalam berjuang di jalan Allah (fi sabilillah) tersebut, sedikit demi sedikit menyadarkan satu per satu orang-orang yang menyadari akan kesesatannya mengikuti ajaran nenek moyangnya. Paganisme merupakan aliran kepercayaan yang turun-temurun diteruskan oleh orang-orang jahiliyah.

Salah seorang yang akhirnya dengan kesadaran penuh akan kekhilafannya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq ‘alaihis salam (as). Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abu Quhafah Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al-Qurasyi At-Taimi.
Lelaki yang sudah paruh baya itu lahir pada tahun 573 M, yang usianya tak jauh dari Nabi SAW. Ia mendapatkan gelar “Ash-Shiddiq” manakala orang-orang kebanyakan tidak mempercayai cerita Nabi Muhammad SAW yang hanya dalam waktu semalam beliau melakukan perjalanan (isra’ mi’raj) dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha, menembus langit.
Bahkan, ada sebagian orang yang semula telah beriman kepada Allah SWT dan kerasulan Muhammad SAW, namun kembali murtad (keluar Islam) ketika mendengar kisah perjalanan spiritual itu. Abu Bakar-lah salah seorang yang sangat meyakini isra mi’raj, dengan perkataannya yang terkenal, “Sesungguhya aku benar-benar mempercayainya mengenai hal yang lebih jauh dari itu. Aku mempercayai tentang berita dari langit, pagi ataupun sore.”
Abu Bakar as sudah menjadi sahabat Nabi SAW sejak sebelum beliau dibangkitkan menjadi rasul. Usianya tiga tahun lebih muda dari Nabi SAW. Dia kerap masuk ke rumah beliau dan berbincang-bincang di sana.
Setelah masuk Islam, Abu Bakar selalu membela Nabi SAW dalam memperjuangkan agama Allah, dengan segenap jiwa dan hartanya. Saat masuk Islam saja, sebagaimana dikutip Prof. Muhammad Ridha, dia memiliki 40 ribu dirham, yang semua itu diinfaqkan di jalan Allah, di samping harta yang dia peroleh dari perdagangan. Atas sikapnya itu, Allah SWT berfirman:
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun yang memberinya suatu nikmat yang harus dibalasnya.” (QS. Al-Lail: 17-19).
Pada masa jahiliyah, Abu Bakar as adalah salah seorang pemimpin Quraisy, yang dicintai dan pandai mendamaikan di antara mereka, bahkan sering kali diserahi untuk menanggung diyat (denda pembunuhan atau kriminal lainnya).
Apabila dia yang menanggung denda, orang-orang Quraisy pasti mempercayainya dan meluluskan tanggungannya dan tanggungan orang-orang yang ada di pihaknya.
Keimanan Abu Bakar sangat kuat tanpa banyak tanya. Karena ke-tsiqah-annya itu Nabi SAW pernah bersabda, “Tidak seorang pun yang aku seru untuk masuk Islam, melainkan ada padanya sikap tidak antusias, banyak pertimbangan, dan ragu, kecuali Abu Bakar ra. Dia sama sekali tidak berlambat-lambat ketika aku tawarkan Islam kepadanya.” (w-islam)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>