Kembali Temukan Hidayah setelah 10 Tahun Menjadi Penginjil

Anton lahir dari keluarga Islam. Dia dibesarkan di keluarga muslim yang ritual ibadahnya terpengaruh budaya kejawen. Sejak kecil akrab dengan ritual-ritual seperti puasa mutih, bermalam di kuburan untuk mendapatkan pusaka keluarga, ilmu kekebalan serta ritual-ritual yang berbau syirik lainnya.
Penolakannya terhadap ajaran Islam berawal dari keputusan bapak kandungnya yang berpoligami. Sejak berpoligami bapak kandungnya semakin tak peduli kepada keluarga. Akhirnya, tahun 1995 ketika dia kelas 5 SD, kedua orang tuanya bercerai.

Sejak saat itu 4 bersaudara (lelaki semua) hidup terpisah. Si sulung ikut budhe. Anton (anak ke 2) ikut ayah kandung dan ibu tiri. Anak ke 3 ikut kakek-nenek. Anak ke 4 ikut ibu kandung dan bapak tiri.
Tahun 1997, Anton putus sekolah. Sejak saat itu dia jadi anak jalanan. Jualan koran di lapangan Rampal Malang dari pagi sampai isya. Baginya saat itu masa depan suram. Ijazah cuma SD, sedangkan keahlian pun tak punya.
Lingkungan masyarakat Islam sama sekali tak peduli terhadap kegalauan hidupnya. Mereka justru mencemooh dan mengucilkannya. Bahkan para orang tua di sekitar tempat tinggalnya, melarang anak-anaknya bermain dengannya karena saat itu hanya dirinya yang putus sekolah. Dia pun dijuluki berandalan.
Seringkali Anton menyendiri menyesali hidupnya sebagai anak jalanan. Dia selalu risau akan masa depannya. Tapi siapa yang peduli?
Karena tak betah ikut ibu tiri, dia pun bekerja ikut tetangganya. Sejak itu dia kerja dari satu kota ke kota yang lain. Meski sudah kerja keras tetap saja hidupnya tak berubah.
Di tengah keputus-asaan akan masa depannya. Misionaris dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir (Kristen Mormon) menghampiri hidupnya. Berawal dari kepedulian sahabatnya yang sangat sering membantu kesulitan hidupnya. Anton pun semakin merasa hutang budi kepada mereka.
Jika masyarakat muslim di sekitarnya mencemoohnya. Maka para misionaris justru memuliakannya. Mereka memotivasi dan menyadarkannya bahwa dia memiliki kecerdasan dan keahlian yang terpendam.
Gereja mampu mengubah Anton sang anak jalanan menjadi peneliti di bidang teologi. Bahkan dia pada tahun 2005 berusaha meraih gelar Doktor HC (Kehormatan) di bidang teologi dengan disertasi ilmiah berjudul “Fiqih Ahli Kitab : Konsep Keimanan Agama di Atas Agama”. Akhirnya Anton yang dulu Muslim, sejak akhir tahun 1998 menjadi aktivis Kristen Mormon yang berhasil memurtadkan dan meng-ateis-kan puluhan orang.
Namun ternyata pengaruh iman tauhid yang diajarkan ketika dia masih anak2 (Islam) membuatnya mengalami kegalauan iman. Antara akhir tahun 2005 sampai dengan 2008 dia menjalani ritual syariat 2 agama, yakni Kristen dan Islam. Saat itu hari Jumat dia ke masjid, tapi hari Minggu tetap rutin ke gereja.
Alhamdulillah, November 2008, Anton memutuskan untuk berhijrah. Dia pun kembali memeluk agama yang fitrah, Islam. Dia meninggalkan segala fasilitas gereja. Dan sejak itu diberi nama Muhammad Sulthon Abdullah. (sumber: islampos/Ibrahim Al-Hanif/1/12/2014)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>