Hal-hal yang Membatalkan Syahadatain (2)

Hal kedua yang dapat merusak syahadatain seorang Muslim ialah mengingkari nikmat Allah, baik yang kelihatan atau yang tidak kelihatan, baik yang mudah dipikirkan atau yang memerlukan pengkajian secara mendalam.
Karena segala nikmat itu datangnya dari Allah SWT. Kita telah meyakini bahwa pengertian Tuhan Yang Mahakuasa adalah Dia seorang Murabbi, Pemimpin Yang Mahatinggi dan Pemberi nikmat. Bahkan kita harus meyakini bahwa sesuatu bencana yang menimpa kita juga hakikatnya dari Allah SWT.

Allah SWT adaah selau Pemberi nikmat dan Penghalangnya. Sebab, dalam urusan memberi dan menahan nikmat bukan urusan manusia, tetapi sepenuhnya hak Allah SWT, sebagaimana firman-Nya, yang artinya “Dan Dia telah memberi kepada kamu tiap-tiap apa yang kamu minta; dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu tidak bisa menjumlahkannya, tetapi manusia itu zalim dan tidak berterima kasih.” (QS. Ibrahim: 34).
Kemudian Dia juga berfirman, “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Allah SWT telah mudahkan untuk kamu apa-apa yang di langit dan di dalam bumi, dan Ia telah menurunkan atasmu nikmat-nikmat-Nya yang lahir dan yang batin, tetapi sebagian dari manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa mempunyai ilmu, petunjuk dan kitab yang memberi penerangan?” (QS Luqman: 20)
“Sesungguhnya Qarun itu adalah dari kaum Musa, tetapi ia berlaku aniaya atas mereka; dan Kami telah beri kepadanya sebagian dari perbendaharaan yang kunci-kuncinya dipikul sejumlah orang-orang yang mempunyai kekuatan. (Ingatlah) tatkala kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah engkau sombong, karena sesungguhnya Allah tidak cinta orang-orang yang sombong'”.
“Dan carilah dalam (karunia) yang Allah beri kepadamu itu (keselamatan) negeri akhirat, tetapi jangan engkau lupakan bagianmu dari dunia; dan buatlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu; dan janganlah engkau cari kerusuhan di bumi, karena sesungguhnya Allah tiak suka orang-orang yang berbuat rusuh.”
“Ia (Qarun) berkata, ‘Aku diberi (harta) itu lantaran kepandaian yang ada padaku’. ‘Tidakkah ia ketahui, bahwasanya Allah telah binasakan umat-umat sebelum dia, dari manusia kurun-kurun (yang lalu), orang-orang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan (harta) sedang orang-orang yang berdosa itu tidak (perlu) ditanya (keterangan) tentang dosa-dosa mereka?'”. (QS Al-Qashash: 76-78). (w-islam)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>