Ini Tiga Akar Islamofobia di Eropa
Islamofobia kini berkembang pesat di Eropa. Bentuknya pun beragam, mulai dari melecehkan masjid hingga membuat kartun Rasulullah SAW atas dalih kebebasan berpendapat.
Ketua Bidang Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi mengatakan, ada tiga akar permasalahan yang menyebabkan timbulnya Islamofobia di Eropa. Ketiga akar tersebut merujuk pada latar belakang sejarah Islam di masa lalu.
Kiai Muhyiddin menjelaskan, pada abad pertengahan selama 700 tahun Islam berkembang sangat pesat dan menjadi kekuatan dunia. Namun, setelah kekuasan runtuh, umat Muslim semakin tertinggal.
Kini, kata Kiai Muhyiddin, umat Muslim mulai bangkit kembali untuk mencapai kejayaannya seperti masa lampu namun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak senang dan menciptakan Islamofobia tersebut. “Mereka mulai bekerja sama untuk menghasut dan membuat Islam di benci di mata dunia,” kata Kiai Muhyiddin kepada ROL di Gedung MUI, Jakarta, Selasa (13/1).
Kiai Muhyiddin menuturkan faktor pertama akar dari Islamofobia itu karena presentasi masyarakat Eropa yang memeluk agama Islam kini sangat tinggi. Kedua, umat Islam semakin memiliki jati diri dan sumber daya manusianya lebih baik. “Mereka yang kini sudah berasimilasi dengan warga Eropa lainnya menjadi lebih baik dalam tingkat pendidikan dan memiliki kualitas untuk bersaing dengan masyarakat Eropa lainnya,” ujar Muhyiddin.
Faktor ketiga, Kiai Muhyiddin menilai karena adanya provokasi yang dilakukan oleh kelompok tertentu yang tidak senang terhadap Islam. Seperti ultranasionalis Eropa. Kelompok itu memiliki pemahaman bahwa akar peradaban Eropa adalah Kristen dan Yahudi bukan Islam.
“Oleh sebab itu mereka melakukan provokasi yang dapat menghasut dan memperburuk citra Islam di Eropa, sehingga masyarakat dunia benci terhadap Islam,” tegas Kiai Muhyiddin.
Kiai Muhyiddin menambahkan, kelompok Ultranasionalis ini juga membangun kerja sama dengan orang partai dan garis keras di berbagai belahan dunia lainnya. Mereka membuat propaganda secara masif tentang keburukan umat islam, seperti yang terjadi di Prancis pada insiden Charlie Hebdo. (sumber: ROL)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Menanti Masjid Pertama di Athena
- Kemenag Hibahkan Rp 1,2 M Tingkatkan Mutu Madrasah
- Natal, Muslim di London Kumpulkan Makanan untuk Tunawisma
- Ketua MUI Apresiasi Gerakan Nasional Ayo Ke Masjid
- Mantan Menteri Agama Maftuh Basyuni Berpulang
- Emmanuel Macron Sanggah Islam Penghancur Agama Lain
- Raja Saudi Arabia Akan Berkunjung ke Indonesia
- Pemerintah Cina Paksa Muslim Uighur Bersumpah tak Ajarkan Agama Islam
- Georgia Akui Islam Sebagai Agama Resmi
- Putuskan Tradisi, Menlu AS Tolak Jadi Tuan Rumah Jamuan Ramadhan
-
Indeks Terbaru
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Jenazah Tertukar, RS di Jerman Justru Kremasi Muslim
- Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat
- Dulu Anggap Islam Agama Alien, Ini yang Yakinkan Mualaf Chris Skellorn Malah Bersyahadat
- Marine El Himer, Sang Model Prancis yang Masuk Islam
Leave a Reply