Setiap nabi yang diutus oleh Allah SWT senantiasa menghadapi orang-orang yang menentang dakwah atau seruannya. Tentangan dari kaumnya itu lazimnya berupa akidah (keyakinan) yang menyimpang dari ajaran tauhid.

Namun, Nabi Luth as mendapati sebagian kaumnya bukan hanya tidak mau tunduk dan taat pada perintah Allah SWT yang bersifat ritual. Mereka juga melakukan tindakan amoral yang menyimpang dari ajaran Ilahiah.

Ya, kaum Nabi Luth sebagian memiliki orientasi seksual yang fahisyah (menyimpang), yakni tertarik syahwatnya dengan sesama jenis! Yang lelaki tertarik dan suka menyalurkan nafsu birahinya kepada sesama lelaki, yang antara lain dilakukan dengan melakukan hubungan badan melalui dubur. Kebanyakan adalah kaum Sodom, sehingga belakangan ini untuk perbuatan yang menyamai kaum ini disebut sodomi.

Nabi Luth yang tak henti-hentinya mengajak kaum homoseksual untuk kembali ke jalan Allah dan menyalurkan syahwatnya pada lawan jenis, kerap mendapat perlawanan yang tak kalah sengitnya.

Allah SWT telah mengutus Nabi Luth untuk misi tersebut, sebagaimana firman-Nya, yang artinya, “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” (QS.Al-A’raf: 80)

Bagaimana reaksi kaumnya atas ajakan Nabi Luth untuk meninggalkan kebiasaan yang sangat dibenci Allah SWT tersebut? Surat Al-A’raf: 82 mengungkapkannya.

“Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: ‘Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.'”

Demikianlah kaum yang telah terlena dan tenggelam dalam syahwat. Mereka menganggap Nabi Luth dan pengikutnya adalah orang yang sok suci. Padahal memang misi nabi adalah mengembalikan penyimpangan-penyimpangan kepada jalan yang benar. Wallahu a’lam (w-islam)