Kasus Tolikara Kompleks, Termasuk Kuatnya Intervensi Asing

Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto mengatakan bahwa tragedi yang terjadi di Tolikara merupakan tindakan yang sangat keji dan biadab yang dilakukan orang-orang Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) terhadap umat Islam di Tolikara.

“Di sana masjid dilempari batu sudah sangat sering, umat Islam diperlakukan secara diskrimatif itu juga sangat sering,” kata Ismail dalam Focus Grup Disscusion di Warung Komando, Jakarta Selatan, Kamis (13/08/2015).

Tetapi tragedi yang terjadi di Tolikara kali ini, menurut Ismail sudah sangat keterlaluan. Sebab, saat umat Islam baru saja memulai sholat Id dan takbir ketujuh, karena situasi sangat genting Kapolres Tolikara sempat meminta imam untuk menghentikan sholat.

“Jadi bisa dibayangkan situasinya saat itu seperti apa, hingga Kapolres saja minta imam untuk menghentikan sholat,” kata Ismail.

Selain itu, menurut Ismail, meletusnya tragedi di Tolikara juga ada indikasi pergulatan politik lokal yang memanfaatkan sentiment terhadap kristen untuk menghentikan upaya dalam membongkar skandal korupsi yang dilakukan oleh Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo.

Di mana, kata Ismail, hal itu bisa dilihat dari unsur pemerintahan yang ada di Tolikara adalah semua orang GIDI, baik dari bupatinya, gubernurnya, DPRD-nya dan lainnya. Sehingga, dengan mudah mereka menggunakan anggaran pemerintah daerah untuk kepentingannya.

“Nah, sekelompok orang menggunakan kekuatan sentimen kristen tersebut untuk membongkar upaya korupsi yang dilakukan bupati. Jadi, perlu ada tindakan penjernihan yang harus dilakukan di Tolikara,” cetus Ismail.

Masih menurut Ismail, tragedi di Tolikara itu terjadi karena adanya intervensi asing yang kuat baik itu dari kepentingan di bidang ekonomi, dan politik local maupun global. Ada juga unsur separatisme yang mengakibatkan kondisi di wilayah Papua dalam kategori darurat dan berbahaya.

“Menurut saya tragedi Tolikara tidak hanya sebatas kasus intoleransi tetapi jauh lebih luas dan kompleks persoalannya, baik kuatnya intervensi asing, separatisme hingga lemahnya sikap pemerintah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan di Tolikara,” pungkas Ismail. (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>