Raja Salman Instruksikan Review Penyelenggaraan Haji
Menteri Kesehatan Arab Saudi mengatakan insiden Mina yang menewaskan lebih dari 700 orang bisa jadi disebabkan oleh para jamaah yang tidak menghiraukan instruksi dari petugas.
Dalam pernyataan yang dirilis pada website kementrian hari Jumat, Menteri Khalid al-Falih mengatakan, investigasi akan dilakukan pada musibah terburuk yang pernah terjadi selama musim Haji dalam 25 tahun terakhir tersebut. Setidaknya 863 orang lainnya terluka pada peristiwa yang sama.
Investigasi pada peristiwa yang terjadi di Mina akan dilakukan dengan cepat dan hasilnya akn cepat diumumkan, seperti peristiwa sebelumnya. Peristiwa ini kemungkinan terjadi karena jamaah tidak mengikuti instruksi petugas terkait,” ujarnya dalam pernyataan tersebut, seperti dikutip Aljazeera.com.
Falih menambahkan bahwa mereka yang terluka akan segera ditransfer ke rumah sakit di Makkah dan jika diperlukan, ke rumah sakit lainnya di Arab Saudi.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al Saud mengatakan bahwa dirinya telah menginstruksikan untuk mereview penyelenggaraan Haji setelah musibah tersebut, yang terjadi karena dua kelompok besar jamaah bertemu di persimpangan jalan di Mina, beberapa kilometer dari Makkah, dalam perjalanan mereka menuju lokasi lempar jumrah.
Hasil investigasi akan dilaporkan pada Raja Salaman yang akan mengambil tindakan yang diperlukan. Sampai saat ini, penyebab musibah tersebut masih simpang siur.
Menteri Dalam Negeri Arab Saudi menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi karena dua gelombang besar jamaah dari arah yang berbeda bertemu di persimpangan.
Juru bicara kementrian Jenderal Mansour al-Turki menambahkan bahwa temperatur tinggi dan kelelahan juga menjadi faktor penyebab terjadinya musibah tersebut.
Sebaliknya, para jamaah di lokasi menyalahkan pemerintah Arab Saudi. Beberapa malah takut untuk melanjutkan rangkaian ibadah Haji.
“Tentu saja aku takut peristiwa yang sama terulang lagi. Aku bertanya pada pembimbingku, apakah aku boleh melempar jumrah malam hari, dan mereka bilang boleh. Aku akan melakukannya malam-malam,” ujar Muhammad Hasan asal Mesir kepada ibtimes.com.
Meski begitu, Aljazeera.com melaporkan adanya peningkatan keamanan dan jumlah jamaah di lokasi tidak seramai sebelumnya.
Seorang jamaah asal Kenya yang selamat dari musibah menuturkan kepada kantor berita AFP bahwa rombongannya kehilangan tiga orang jamaah, termasuk satu orang yang masih dinyatakan hilang.
“Aku bisa menyalahkan pemerintah Arab karena mereka tidak mengontrol situasi. Aku disana, dan aku selamat,” ujar jamaah tersebut, Isaac Saleh, dengan mata berkaca-kaca. Seorang jamaah asal Kenya lainnya, Rahman Shareef mengatakan bahwa situasi di lokasi lempar jumrah kini telah terkendali.
“Aku sempat takut saat musibah tersebut terjadi, namun aku masih hidup dan aku ingin keluargaku tahu aku tidak apa-apa,” ujarnya kepada kontributor Aljazeera.
Ahmed Abu Bakr, seorang jamaah asal Libya yang juga selamat dari peristiwa tersebut juga mengkritik pemerintah Arab.
“Tentu saja orang-orang akan berkumpul di tempat yang sama. Para polisi menutup pintu keluar dan masuk ke tempat lempar jumrah, dan hanya membuka satu gerbang. Aku melihat orang-orang yang meninggal, serta mereka yang terluka dan sesak napas. Aku ikut membantu polisi dan jamaah lain memindahkan mereka,” ujarnya kepada The Guardian, seperti dikutip ibtimes.com.
Ahmed yang berhaji bersama ibunya, yang juga selamat dari peistiwa tersebut, mengatakan bahwa petugas di lapangan tampak tidak berpengalaman.
“Mereka tidak tahu jalur-jalur serta tempat sekitar sini,” katanya lagi.
Kepala Biro Haji Iran, Said Ohadi mengatakan, untuk sebuah alasan yang tidak diketahui, dua jalur telah tertutup di dekat lokasi lempar jumrah dimana peristiwa jamaah terinjak-injak tersebut terjadi.
“Hal ini menyebabkan musibah ini terjadi,” tuduhnya di televisi Nasional Iran, seperti dikutip Associated Press.
Masih menurut Ohadi, karena tertutupnya jalur tersebut, hanya ada 3 jalur yang dapat dilalui oleh para jamaah. Pemerintah Iran menyatakan bahwa setidaknya 131 orang jamaah yang tewas berasal dari negara mereka. India, Indonesia, Pakistan, dan Belanda juga termasuk dalam negara asal para korban yang tewas sementara Turki menyatakan 18 jamaah mereka masih hilang. Maroko media mengkonfirmasi bahwa 87 jamaah mereka termasuk korban tewas.
Mina menjadi rumah bagi 160.000 tenda selama pelaksanaan mabit dalam rangkaian ibadah Haji setiap tahunnya.
Korespoden Aljazeera, Basma Atassi melaporkan dari Mina bahwa peristiwa tersebut terjadi di jalanan di antara tenda-tenda para jamaah. “Jalanan tersebut bersama Jalur 204,” lapor Atassi. “Selama dan sesudah peristiwa tersebut, jamaah masih terus berdatangan untuk melakukan lempar jumrah.” (sumber: hidayatullah/berbagai sumber)
Indeks Kabar
- Untuk Lawan Stigma Buruk pada Islam, Muslim Australia Dirikan Stasiun Televisi
- Posisi OKI Mengenai “Boikot”Terhadap Produk Israel Dari/Di Wilayah Pemukiman Ilegal
- MUI Dukung Haji Sekali Seumur Hidup
- 20 Ribu Peserta Ikuti Khataman Massal di Pontianak
- Islam, Agama Terbesar Kedua di Italia
- Peneliti: Pornografi dan Miras Penyebab Utama Kasus Yuyun
- Komnas HAM Ingatkan Aparat Tak Semena-mena dalam Menangani Terorisme
- Magrib Mengaji, Jam Buka Warnet Dibatasi di Tangerang
- Masjid Nabawi Dibuka Kembali untuk Shalat Berjamaah
- Geert Wilders Dikecam, Berniat Kurangi Warga Maroko di Belanda
-
Indeks Terbaru
- Jerman Kritik Netanyahu Terkait Peta Timur Tengah tanpa Palestina
- Heboh Xi Jinping Buat Al-Quran Versi China, Seperti Apa?
- Seorang Ibu Tunaikan Nazar Jalan Kaki Lamongan – Tuban setelah Anaknya Tuntas Hafal Al-Quran
- Menemukan Kedamaian Dalam Islam
- Dahulu Anti-Islam, Politikus Belanda Ini Temukan Hidayah
- Masjid di Siprus Yunani Diserang Bom Molotov Disertai Vandalisme: Islam tidak Diterima
- 24 Jam Sebelum Meninggal, Anthony Jadi Mualaf
- Pengadilan Turki Perintahkan Tangkap Rasmus Paludan, Pembakar Al-Quran di Swedia
- Georgette Lepaulle Bersyahadat di Usia Tua
- Uni Eropa Tegaskan Pembakaran Alquran tidak Memiliki Tempat di Eropa
Leave a Reply