Insiden anti-Muslim Diperkirakan Terus Meningkat di Prancis
Insiden-insiden anti-Muslim, termasuk serangan-serangan terhadap perempuan dan coretan-coretan penuh kebencian, sedang bergejolak di Prancis seminggu setelah para teroris membunuh 129 orang di Paris pada 13 November.
The National Observatory of Islamophobia, satu kelompok yang terkait dengan dewan Muslim resmi Prancis, melaporkan 32 insiden anti-Muslim selama sepekan terakhir. Biasanya mereka hanya menerima empat sampai lima keluhan dari umat Muslim dalam seminggu, menurut ketua dewan Abdallah Zekri, seperti diberitakan VOA, Senin (23/11/2015).
The Collective against Islamophobia in France (CCIF), organisasi independen mengatakan, mereka telah melacak 29 insiden.
Observatory mencatat 178 insiden anti-Muslim pada Januari, bulan terjadinya serangan militan terhadap majalah Charlie Hebdo dan pasar swalayan Yahudi.
Minoritas Muslim yang mencapai lima juta orang di Prancis merupakan yang terbesar jumlahnya di Eropa dan mencakup 8 persen populasi.
Zekri memperkirakan akan ada lebih banyak insiden dalam minggu-minggu mendatang karena serangan-serangan minggu lalu telah mendorong “kelompok-kelompok ultra-nasionalis, ekstrem kanan dan rasis” untuk menarget Muslim.
“Mereka memanfaatkan atmosfer ini untuk menyerang,” ujarnya.
Juru bicara CCIF Yasser Louati mengatakan, kantornya dibanjiri laporan-laporan dan keluhan-keluhan dari para Muslim dan juga panggilan telepon yang meminta nasihat apakah aman mengirim anak ke sekolah.
“Para Muslim telah menjadi musuh di dalam,” ujar Louati, menambahkan bahwa perhatian media terhadap insiden-insiden itu tidak berimbang.
Sebagai contoh, seorang pria meninju seorang perempuan muda berjilbab di Marseille hari Rabu lalu dan merobek pakaiannya dengan pisau, menyebutnya teroris, dalam sebuah insiden yang dipublikasikan secara luas.
Perempuan berjilbab lainnya yang dihantam dengan kereta belanja dan ditendang seseorang di dalam toko kelontong di pinggiran kota Lyon pada hari yang sama, tidak menjadi berita nasional, ujarnya.
Satu hari setelah serangan-serangan di Paris, enam demonstran keluar dari protes anti-migran di Pontivy, kota di Brittany di barat laut Prancis, untuk memukuli seorang pria asal Afrika Utara yang sedang lewat, kata Louati.
Ia juga menyebut insiden lain Minggu pagi dimana sorang pria Turki yang sedang berdiri dekat sebuah restoran kebab di Cambrai, Prancis utara, dilaporkan ditembak dari belakang oleh pelaku yang mengendarai mobil dengan membawa bendera Prancis, meski luka-lukanya tidak serius.
“Mereka mencari orang-orang berkulit sawo matang,” ujarnya.
Coretan-coretan atau grafiti anti-Muslim juga muncul di banyak tempat. Di Evreux di utara Prancis, balai kota dan bangunan-bangunan lainnya diimbuhi grafiti yang bertuliskan “Kematian untuk Muslim” dan “(dengan) koper atau (di dalam) peti mati” — sebuah referensi bagaimana para demonstran ingin Muslim meninggalkan kota itu.
Ada beberapa laporan mengenai gambar swastika yang dilukis di dinding-dinding luar masjid, di wilayah Paris dan di Pontarlier dekat perbatasan Swiss. Media sosial juga membara dengan komentar-komentar anti-Muslim dan rasis sejak serangan-serangan di Paris.
Keadaan darurat diberlakukan di Prancis setelah serangan-serangan di Paris, memicu peningkatan keluhan atas brutalitas polisi, saat para petugas merazia rumah-rumah dan membuat orang-orang menjadi tahanan rumah, ujar Louati.
Dari Nice dekat perbatasan Italia muncul keluhan bahwa polisi telah melukai seorang gadis cilik yang tidur di dalam apartemen yang dirazia polisi Kamis lalu, ujarnya.
Razia di sebuah masjid di pinggiran Paris, Aubervilliers, meninggalkan lubang-lubang di langit-langit, jendela dan pintu yang rusak dan kitab-kitab suci bergeletakan di lantai, menurut para pejabat masjid.
Kepolisian Nasional menolak berkomentar, mengarahkan semua pertanyaan ke Kementerian Dalam Negeri, yang juga tidak menanggapi permintaan atas komentar Jumat lalu. (sumber: hidayatullah)
Indeks Kabar
- Konstitusi Austria Akui Hak Muslim
- Muslim Nigeria Perkuat Pendidikan Islam dan Bahasa Arab
- Sekolah di San Diego Mulai Uji Coba Menu Ayam Halal
- Yusuf Mansur: Pakai Atribut Natalan Bukan Bentuk Toleransi
- Coronavirus Telah Membunuh >50.000 Orang di India
- Profesor Kristen "Berjilbab" Undurkan Diri dari Tempatnya Mengajar
- Sosialisasikan Muslim Tak Pakai Atribut Natal, Anggota JAS Malah Ditangkap
- MUI: Yang Bela Emansipasi Wanita di Luar Koridor Islam Tak Diakui
- Jamaah Dua Masjid di Birmingham Diserang Tembakan Ketapel
- Pengamat: Umat Islam Saatnya Sadar Akan Konspirasi Zionis di Indonesia
-
Indeks Terbaru
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Jenazah Tertukar, RS di Jerman Justru Kremasi Muslim
- Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat
- Dulu Anggap Islam Agama Alien, Ini yang Yakinkan Mualaf Chris Skellorn Malah Bersyahadat
- Marine El Himer, Sang Model Prancis yang Masuk Islam
Leave a Reply