Mencontoh Rasulullah SAW dalam Beribadah
Beribadah itu mesti berpedoman pada contoh atau tuntunan yang diprkatikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sebaliknya, ibadah tak boleh dilakukan dengan caranya sendiri tanpa merujuk pada apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Realitanya di masyarakat kita masih terdapat orang-orang Islam yang dalam beribadah berdasarkan “perkiraan” semata. Ada pula yang berdasarkan atau mengandalkan logika belaka, misalnya melalui asumsi bahwa kalau ibadah baik dengan niat baik pasti dia mendapatkan pahala.
Padahal semua bentuk ibadah yang mendatangkan pahala itu sudah ditentukan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah sebagaimana ditandaskan Allah SWT (dalam Al-Quran surat An-Nisaa ayat 123), “(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”
Berdasarkan firman Allah SWT tersebut, jelaslah bahwa ketika kita hendak melakukan ibadah semestinya mencontoh Rasulullah SAW.; tidak bisa membuat aturan sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS.Al-Ahzab ayat).
Tidak ada contoh yang paling benar dalam beribadah kecuali Rasulullah, karena kalau kita mencontoh orang lain termasuk kiai atau ustadz sekalipun kalau tidak sesuai dengan contoh rasul pasti akan tertolak sebagaimana sabda Rasulullah, “Dari ‘Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan perintah kami, maka ia tertolak”. (HR. Muslim)
Leave a Reply