Gosip dan Mistik Rating Tertinggi, TV Ancaman Nyata bagi Anak
Hendaknya para orangtua tidak lagi bertanya, apakah siaran televisi (tv) itu berdampak kepada anak atau tidak, apakah berbahaya atau tidak? Tapi saatnya orangtua berpikir bagaimana melindungi anak dari berbagai jenis siaran tv tersebut.
Demikian kesimpulan dari acara Seminar Publik “Perlindungan Anak Dalam Regulasi Penyiaran” yang diadakan di Auditorium Ahmad Dahlan, Kantor Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Kamis (04/02/2016).
Disebutkan, dari berbagai survey yang dilakukan, rating tertinggi dari kandungan siaran tv di Indonesia berkisar gosip, mistik, iklan, dan acara hiburan lainnya.
Di sebuah media misalnya, 15 persen dari tayang tersebut bermuatan gambar wanita berpakaian seksi yang tak pantas ditonton. 8 persen lainnya adalah mistik, sedang penggunaan kata-kata kasar mencapai hingga 22 persen.
“Inilah bahaya nyata yang mengancam anak-anak kita semua,” papar Direktur Remotivi, Muhammad Heychael sebagai pembicara pertama.
Di saat yang sama, lanjut Heychael, ketergantungan orangtua terhadap tv dan muatan daripada siaran tersebut, tidak mendukung buat anak.
“Lihat saja, kalau ada anak susah makan, langsung diputarin tv terus dibujuk lagi biar mau makan,” ungkapnya.
“Kalau orangtua lagi sibuk, anak disuruh nonton tv saja lalu ditinggal,” imbuh Heychael kembali.
Menurut Heychael, asumsi bahwa di era reformasi media memiliki kebebasan adalah keliru.
Media tetap tidak bebas sebab ia masih dipengaruhi oleh modal. Dampaknya, otorianisme negara sudah diganti menjadi otorianisme modal. Kepemilikan kini hanya dipunyai oleh segelintir pengusaha saja.
“Rating dan iklan bagi media itu adalah modal atau keuntungan. Itulah sensor kepentingan media hari ini. Akibatnya regulasi jadi tidak berwibawa,” ucap Heychael.
Acara yang digagas oleh Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhamadiyah tersebut dihadiri oleh sejumlah pemateri.
Selain Heychael, Edi Kuscahyanto (PP Muhammadiyah), Maria Ulfah Anshor (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), dan Azimah Subagijo, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Megahnya Masjid Raya Sumbar
- Massa ASWAJA Bangil Tolak Acara Syiah
- Target Kristenisasi Bukan hanya Orang Miskin
- Cina Akui Paksa Muslim Uighur Jual Alkohol Untk Lemahkan Keislaman Mereka
- MUI Akan Cetak 50 Ribu Dai
- Hukuman Mati Lebih Baik daripada Kebiri
- Di Negara Ini Rokok Benar-Benar Diharamkan Keberadaannya
- NU Tegaskan Tak Setuju Majelis Taklim Harus Terdaftar
- MUI Imbau Komedian Hati-hati Melawak Singgung Agama
- DPR Berharap Kasus Penistaan Agama Jadi Pelajaran Semua Pihak
-
Indeks Terbaru
- China Tangkapi Warga Muslim Hui yang Tolak Penghancuran Masjid
- Dari Benci Jadi Cinta Islam
- OKI Adakan Pertemuan Darurat Membahas Sudan, Militer Setuju Gencatan Senjata Seminggu
- Yusuf Masuk Islam Setelah Temukan Alquran di Stadion Old Trafford
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Viral Video Protes Suara Bising di Masjid, Kakek Australia Ini Malah Masuk Islam
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Mualaf Fano, Dulu Benci dan Caci Maki Adzan Tapi Kini Malah Merindukan Kemerduannya
- Kantor MUI Ditembak, Sejumlah Staf Jadi Korban
- Terpikat Makna 2 Surat Alquran, Mualaf Nathalia: Saya Temukan Konsistensi dalam Islam
Leave a Reply