Mengapa Shalat Tetap Tak Mencegah Perbuatan Munkar?

Dari Imran bin Hushain radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya mengenai firman Allah Ta’ala, ‘Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar’.

Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mencegahnya dari berbuat keji dan munkar, itu bukanlah shalat (yang sempurna)’.” (HR Abi Hatim dan Ibnu Mardawih)

Shalat merupakan sesuatu yang amat berharga. Jika shalat dilakukan dengan cara yang benar, shalat akan membuahkan hasil, yaitu akan mencegah kita dari hal-hal yang tidak patut.

Jika kita belum memperoleh hasil ini, hendaknya kita meyakini bahwa shalat kita belum sempurna. Sangat banyak hadits yang meriwayatkan tentang masalah ini. Diantaranya, Ibnu Abbas berkata, “Shalat menghentikan dari berbuat dosa (yang sedang dilakukan), dan shalat menjauhkan dari perbuatan dosa (di masa yang akan datang).”

Menurut Abul ‘Aliyah, hendaknya ada tiga hal dalam shalat, yakni ikhlas, takut kepada Allah Ta’ala, dan dzikrullah. Jika dalam shalat tidak terdapat tiga hal tersebut, maka bukanlah shalat (yang sempurna).

Ikhlas selalu menarik ke arah amal shalih. Takut kepada Allah menjauhkan diri dari perbuatan munkar. Dzikrullah adalah membaca Al-Quran, yang dengan sendirinya mengajak kepada perbuatan baik dan mencegah kemunkaran.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Shalat yang tidak dapat mencegah perbuatan munkar dan amalan-amalan yang tidak sesuai, shalat itu tidak mendekatkan kita kepada Allah Ta’ala. Bahkan, menjauhkan kita dari-Nya.”

Hasan bin Ali juga meriwayatkan sabda Rasulullah yang berbunyi, “Jika shalat seseorang tidak menghalanginya dari perbuatan buruk, maka itu bukanlah shalat. Bahkan shalat seperti itu akan menjauhkannya dari Allah Ta’ala.”

Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa tidak mengikuti kehendak shalat, maka dia belum shalat. Mengikuti kehendak shalat adalah dengan meninggalkan perbuatan keji dan munkar.”

Abu Hurairah berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata, ‘Si fulan suka mengerjakan shalat tahajud malam hari, tetapi pagi harinya ia mencuri’. Beliau bersabda, ‘Dalam waktu dekat, shalat itu akan menghentikannya dari perbuatan itu’.”

Dari hadits-hadits di atas kita dapat mengetahui, bahwa seseorang yang selalu sibuk bermaksiat kepada Allah hendaknya ia benar-benar menyibukkan diri dengan shalat yang benar, sehingga perbuatan buruknya akan hilang dengan sendirinya.

Untuk menghilangkan perbuatan buruk sangat sulit dan memerlukan waktu lama. Sedangkan menyibukkan diri di dalam shalat itu mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Dengan keberkahan shalat, kebiasaan buruk itu akan hilang.

Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita agar dapat menunaikan shalat sebaik-baiknya. (sumber: inilah.com)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>