Wafatnya Orang-orang yang Dicintai Rasulullah SAW

Tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW ditimpa musibah besar, yakni dengan meninggalnya orang-orang yang dicintainya: Abu Thalib dan Khadijah. Keduanya pun wafat hanya berselang tiga hari.

Abu Thalib adalah paman Rasulullah SAW yang telah mengasuhnya dan membela dirinya sampai detik terakhir dalam hidupnya. Ketika sakitnya kian parah, Rasulullah SAW berkata kepada pamannya itu: “Wahai Pamanku, ucapkanlah syahadat; dengan itu aku hendak meminta izin memberi syafa’at untukmu pada hari Kiamat.”

Abu Thalib menjawab: “Wahai kemenakanku, andaikan aku tidak takut dicaci-maki, dan kaum Quraisy akan menganggap aku mengucapkannya karena aku takut mati, niscaya aku mengucapkannya.”

Maka Allah SWT menurunkan ayatnya: “Sesungguhnya kmu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yagn kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya….” (QS Al-Qashash: 56).

Az-Zajjaj berkata, kaum Muslimin sepakat bahwa ayat ini turun mengenai Abu Thalib, yakni ketika Rasulullah SAW mengajaknya membaca “laa ilaaha illallaah”, namun dia enggan mengucapkannya, karena takut dikecam kaum Quraisy.

Dia meninggal pada usia 80 tahun. Saat ajalnya hendak tiba, Abu Thalib memanggil semua warga Bani ‘Abdul Muthathalib, lalu berpesan: “Sesungguhnya kamu sekalian akan tetap dalam keadaan baik selagi kalian mendengar perkataan Muhammad dan mengikuti perintahnya. Karena itu, ikutilah dia dan percayailah dia, niscaya kalian akan selamat.”

Setelah Abu Thalib meninggal, Rasulullah SAW berkata kepadanya: “Semoga Allah merahmatimu dan mengampunimu. Aku akan selalu memintakan ampun untukmu, sampai Allah melarang aku.”

Maka kaum Muslimin pun memintakan ampun untuk keluarga mereka yang telah meninggal, meski dalam keadaan musyrik. Namun akhirnya Allah ta’ala menurunkan firman-Nya:

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memeintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam.” (QS At-Taubah: 113).

Hanya berselang tiga hari dari kematian Abu Thalib, Rasulullah SAW kembali ditimpa musibah, Khadijah isterinya yang telah menjalani kehidupan berumah tangga selama 24 tahun dan 6 bulan, wafat dalam usia 65 tahun. Beliau memasukkannya sendiri ke liang lahat di Al-Hajun.

Dengan wafatnya Abu Thalib dan Khadijah, maka musibah-demi musibah daang bertubi-tubi karena keduanya adalah orang-orang yang sangat gigih membela dan melindungi beliau.

Sejak itu gangguan kaum Quraisy kepada beliau meningkat, bahkan sampai ada sebagian mereka yang dengan teganya menaburkan tanah di atas kepala beliau. Ada lagi sebagian mereka yang melemparkan kepada beliau selaput pembungkus anak kambing selagi beliau sedang shalat.

Tahun meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘Am Al-Huzn (tahun kesedihan).

Sepeninggal Khadijah, Rasulullah SAW tidak pernah melupakan cintanya kepada wanita itu. Beliau sering kali memujinya. Sampai dengan meninggalnya Khadijah, Rasulullah SAW belum pernah menikahi wanita lain, sebagai penghormatan kepadanya. Khadijah adalah contoh isteri shalihah yang setia. Dia telah menyerahkan jiwa dan hartanya kepada Rasulullah SAW dan mempercayai beliau ketika turun wahyu kepada beliau. (sumber: Sirah Nabawiyah, Prof. Muhammad Ridha)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>