Paus Fransiskus Yakin Gereja Katolik Akan Selamanya Melarang Wanita Jadi Pendeta

Paus Fransiskus mengatakan dia yakin larangan wanita menjadi pendeta oleh Gereja Katolik akan bertahan lama, kemungkinan selamanya. “Kata-kata terakhir sudah jelas dan diutarakan oleh Paus Paulus II, dan itu tetap berlaku,” kata Paus Fransiskus seperti dilansir Deutsche Welle Selasa (1/11/2016).

Pada tahun 1994 dalam surat apostoliknya, Paus Paulus II menyatakan bahwa “gereja tidak memiliki kewenangan atau sejenisnya untuk memberkati pentahbisan kependetaan atas wanita dan bahwa ketetapan ini akan dipegang teguh oleh seluruh pengikut gereja.”

Gereja Katolik melarang pentahbisan perempuan karena menurut keyakinannya Yesus hanya memilih laki-laki sebagai muridnya. Namun, para pihak yang mendukung wanita bisa menjadi pendeta mengatakan bahwa Yesus, tokoh sentral dari agama mereka, hanya mengikuti norma yang berlaku dalam masyarakat kala itu. Aktivis kesetaraan gender mengatakan, kekurangan jumlah pendeta yang terjadi di berbagai belahan dunia saat ini bisa saja mendorong Paus di masa mendatang untuk membatalkan keputusan Paus Paulus II itu.

Bulan Agustus lalu, Paus Fransiskus membentuk sebuah komite guna mengkaji peran diaken wanita di era-era awal Kristen, sehingga menimbulkan harapan di kalangan aktivis kesetaraan bahwa perempuan suatu hari nanti bisa memiliki suara lebih besar di Gereja Katolik yang mengklaim memiliki 1,2 miliar pengikut di seluruh dunia itu.

Meskipun diaken wanita tidak bisa memimpin misa, mereka diperbolehkan berceramah, mengajar dan melakukan pembaptisan, serta seremoni kebangkitan dan pemakaman.

Hari Senin kemarin Paus Fransiskus tiba di stadion utama di kota Malmo, Swedia, guna memperingatai All Saints’ Day, harinya orang-orang kudus di kalangan Kristen. Di hari yang sama, Paus Fransiskus di Katedral Lund mengikuti acara mengenang Reformasi, kejadian yang menandai lahirnya Kristen Katolik dan Kristen Protestan.

Sekitar 64 persen dari 9,9 juta populasi Swedia adalah pengikut Gereja Lutheran, yang namanya diambil dari nama pastur Jerman yang berani bersuara menentang sejumlah peraturan yang diterapkan otoritas Kristen di Roma, Martin Luther. Pemikiran-pemikiran pakar teologi itulah yang mengilhami munculnya gerakan Reformasi (gereja) dan aliran Protestan, berikut aliran-aliran lainnya. Gereja Lutheran di Swedia saat ini dipimpin oleh seorang wanita. (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>