Ane Chandra Berharap Bisa ke Baitullah Bersama Anak-anaknya

Berawal dari lingkungan di tempatnya tinggal, Ane Chandra sejak kecil sudah berinteraksi dengan Islam. Ane lahir dari keluarga yang memeluk Protestan. Ayahnya sudah lama meninggal dan dia dibesarkan oleh ibunya.

Sejak kecil, Ane kerap mendatangi rumah saudaranya yang Muslim. Kerap mendengar pengajian. Bahkan, ia memutuskan pindah ke sekolah dasar negeri, lantaran tidak nyaman bersekolah di sekolah dasar Kristen.

Di sekolah barunya, Ane memilih mengikuti pendidikan agama Islam. Hal yang awalnya tidak diperkenankan oleh guru agama. Namun, Karena atas permintaan sendiri, guru agama Islam pun luluh.

Ane juga menaruh minat dengan seni kaligrafi. Meski ia tak paham artinya, ia ikuti lomba seni kaligrafi dan dinyatakan menang. “Saya diminta guru untuk menulis lafadz Allah padahal saya gak tau artinya, ternyata pas di ikuti lomba menang” ujar Ane.

Beranjak dewasa, Ane mulai berprikir kritis. Ia pun pelajari bermacam agama. “Saya semakin tertarik kok orang pada shalat ya?sujud ya? Kenapa ya?”

“Saya sering bertanya dalam hati kenapa Allah menciptakan banyak agama ya? Tapi yang sangat masuk akal dan mudah dicerna dan pas dengan kehidupan kita ada di Alquran.”

Tak Ada Pembimbing

Sejak SMP Ane mulai mempelajari Alquran terjemahan. Menurutnya, Alquran memberkan penjelasanya sangat lengkap dan masuk akal. Namun, karena benturan waktu sekolah dan sembunyi-sembunyi dari keluarga membuat Ane tidak fokus memperdalam Islam. “Sebelum masuk Islam saya sudah tahu bacaan-bacaan shalat, cara shalat, dan wudhu itu dari baca-baca buku Islam” ujar Ane.

Memasuki jenjang sekolah menengah atas, Ane meminta temannya untuk mengajarkannya agama Islam dan meminta tolong kepada temannya agar mengantarkannya ke tempat atau orang yang bisa membimbingnya bersyahadat,

“Waktu itu malam-malam saya keluar dari rumah, dan menemui teman saya akhirnya saya diantarkan teman ke masjid untuk bersyahadat tapi setelah itu saya tidak di bimbing lagi untuk mempelajari Islam. Saya tidak ada tempat untuk bertanya dan belajar, saya bingung akhirnya saya hanya baca-baca buku dan dulu belum secanggih sekarang, google pun belum ada” ujarnya.

Menikah

Ia menyembunyikan keislamannya dari keluarga setelah ia lulus sekolah ia berkerja dan mulai memberitahu keislamannya pada keluarga, tapi keluarganya tidak ada yang percaya karena tidak pernah melihat Ane shalat dan menjalankan kewajiban Islam.

“Ketika saya berkerja saya terbentur waktu untuk belajar agama, dan ketika itu juga saya tinggal di rumah paman dan beliau pun majelis gereja, tapi saya selalu bilang saya gak mau ke gereja. Makanya saya selalu kerja dan jarang ketemu keluarga, juga karena keasikan kerja saya vakum gak belajar shalat juga belum menjalankan shalat” ujar Ane.

Tahun 2002 Ane menikah dengan anak angkat keluarganya dan ia beragama Muslim, Ane pun menikah diam-diam. Di Masjid Raya Bogor ia menikah dengan suaminya tanpa dihadiri keluarga, hanya penghulu dan pihak masjid yang menjadi saksi pernikahanya.

“Waktu saya nikah sama suami itu malam-malam pulang kerja, kami masih pakai baju kerja setelah nikah kami pulang kerumah masing-masing” kisahnya.

Baru setelah bebrapa minggu pernikahan ia memberitahu keluarganya tentang pernikahan dan keislamannya. Ia ditentang oleh keluarganya dan pergi dari rumah bersama suami, Ane yang hidup mewah dan berkecukupan akhirnya pindah ke Cikarang, hidup dirumah kontrakan yang hanya sepetak dan tidur pun beralaskan tikar, tapi ia sangat menikmatinya.

Ujian Rumah Tangga

Bersama suaminya, Ane dibimbing untuk mengaji dan shalat. Tak lama, ane hamil. Namun, suaminya pun sering tugas ke luar kota dan ia tidak ada yang membimbing. Setelah anak pertamanya berusia 2 tahun ia hamil lagi, waktu untuk belajar agama pun semakin tertunda karena ia fokus untuk mengurus anak dan berkerja.

Dalam perjalanan rumah tangganya ia menghadapi banyak ujian, keluarga besarnya yang menolak dan mengucilkanya, dan keluarga suaminya. Saat itu suami Ane berkerja di luar negeri, karena tidak ingin lagi banyak konflik akhirnya Ane memutuskan untuk pindah ke Bogor.

Di Bogor Ane bertemu dengan orang-orang yang mengajarkannya ilmu agama dan membimbingnya untuk beribadah san semakin mengenal Allah, disini Ane merasakan ketenangan. Kehidupan rumah tangganya tidak mulus, Suaminya menikah lagi meninggalkan Ane dan 2 anaknya tanpa memberi nafkah.

Ane berjuang seorang diri untuk mempertahankan hidup dan mendidik anak-anaknya. Tapi Ane tidak pernah menyerah, ia sangat yakin dan tawakal kepada Allah.

Di kondisi yang sulit Ane yang sudah tidak berkerja membawa anak-anaknya pergi dengan bekal uang seadanya. Suaminya tidak mau menceraikannya tapi karena diskusi yang baik dan ketegaran Ane akhirnya mereka berpisah.

“Awalnya suami tidak mau meceraikan saya tapi saya meyakinkan dia kalau kami masih berjodoh pasti Allah akan persatukan, pun kalau gak di dunia Insya Allah di Akhirat kalau pun bukan dengan saya pasti akan digantikan dengan yang lebih baik” ujarnya. (sumber: ROL)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>