Bersabar dan Bersyukur Atas Kesenangan dan Kesusahan

Kedua nikmat tersebut membutuhkan kesabaran dan rasa syukur. Ada pun nikmat kesusahan, maka perlunya bersabar atas hal itu adalah sudah sangat jelas. Sedangkan nikmat kesenangan membutuhkan kesabaran dalam melakukan ketaatan di dalamnya, karena sesungguhnya ujian dengan kesenangan itu lebih berat dibanding ujian dengan kesusahan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang salaf, “Kami telah diuji dengan kesusahan tetapi kami mampu bersabar. Kami telah diuji dengan kesenangan ternyata kami tidak mampu bersabar.”

Dalam sebuah hadist Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda: “Aku berlindung kepada-Mu dari ujian kefakiran dan dari keburukan ujian kekayaan.”

Kefakiran akan memperbaiki keadaan banyak makhluk, sedangkan kekayaan tidak akan memperbaiki keadaan kecuali sangat sedikit dari mereka. Oleh karena itu, kebanyakan orang yang masuk ke dalam surga adalah orang-orang miskin, karena ujian kefakiran lebih ringan.

Kesenangan dan kesusahan, keduanya membutuhkan kesabaran dan rasa syukur. Akan tetapi, apa yang terdapat dalam kesenangan adalah kelezatan. Sedangkan yang terdapat dalam kesusahan adalah penderitaan. Pernyataan yang sudah populer adalah bersyukur ketika dalam keadaan senang dan bersabar dalam keadaan susah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dan apabila Kami berikan kepada manusia rahmat dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut darinya maka dia akan berputus asa dan tidak berterima kasih. Dan apabila kami berikan kesenangan setelah kesusahan yang menimpanya pastilah dia akan berkata, “Telah hilang bencana-bencana itu dariku.” Sesungguhnya dia sangat gembira dan bangga. Kecuali orang-orang yang bersabar dan melakukan amal salih, bagi mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.” (Hud: 9-11).

Hal itu karena orang yang mendapatkan kesenangan membutuhkan rasa syukur, sedangkan orang yang mendapatkan kesusahan membutuhkan kesabaran. Dengan demikian, sesungguhnya kesabaran dan rasa syukur itu adalah wajib. Jika dia meninggalkannya maka dia patut mendapatkan sanksi.

Ada pun kesabaran orang yang mendapatkan kesenangan, maka kadang-kadang kesabaran itu adalah sunnah, jika hal itu merupakan karunia yang bersifat syahwat. Dan kadang-kadang juga hukumnya wajib. Tetapi, di samping harus menunjukkan rasa syukur yang merupakan kebaikan, dia juga harus meminta ampunan dari keburukannya.

Demikian pula, orang yang mendapatkan kesusahan, maka rasa syukur bukanlah sunnah baginya jika itu merupakan rasa syukur yang akan menjadikan dia sebagai bagian dari orang-orang sebelumnya yang telah mendekatkan diri kepada Allah. Kadang-kadang sedikitnya rasa syukur merupakan salah satu hal yang akan membuat dia mendapat ampunan, jika hal itu mendatangkan kesabaran. Sesungguhnya berkumpulnya rasa syukur dan kesabaran secara bersama-sama akan menjadikannya bersabar atas penderitaan tersebut dan bersyukur atas nikmat tersebut. Ini adalah keadaan yang sulit bagi kebanyakan manusia.

Yang dimaksud di sini bahwa Allah telah memberikan nikmat kepada mereka dengan semua itu, walaupun pada awalnya kenikmatan itu tidak nampak dalam pandangan sebagian manusia. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui. Semua yang diperbuat Allah adalah nikmat dari-Nya. (sumber: Syaikh Ibn Taimiyyah, “Misteri Kebaikan dan Keburukan”/hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>