Menteri Israel Minta Hubungan Penuh dengan Saudi dan Kunjungan Resmi Pemerintah Riyadh

Para menteri senior Israel telah meminta Raja Arab Saudi Salman untuk membangun hubungan diplomatik penuh dengan Israel pasca pemerintahan Riyadh melakukan blokade pada Qatar.

Berbicara pada konferensi Herzliya hari Kamis, Menteri Intelijen dan Transportasi Israel Yisrael Katz meminta Raja Salman untuk mengundang Perdana Menteri Netanyahu ke Riyadh dan mengirim Putra Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman yang baru saja ditunjuk, ke Tel Aviv.

“Saya memanggil Salman, Raja Saudi, untuk mengundang Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk mengunjungi Arab Saudi,” kata Katz, pada rapat tahunan pemimpin politik dan ahli strategi Israel.

“Kami melihat Anda dapat menjadi tuan rumah yang luar biasa … ketika Presiden Trump di sana. Anda juga dapat mengirim ahli waris Anda, yang baru, Pangeran Mohammad bin Salman. Dia adalah orang yang dinamis. Dia merupakan seorang inisiator. Dan dia menginginkan terobosan.”

“Tepat seperti ini … mereka tahu siapa Iran itu. Mereka tahu kita harus membuat sebuah akses terhadap Iran. Anda dapat mengirimnya untuk mengadakan pertemuan di Israel dan saya berjanji, dia akan menjadi tamu yang sangat diterima.”

Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman, juga meminta untuk “hubungan diplomatik dan ekonomi penuh” dalam konferensi itu.

Kesepakatan damai harus dicapai dengan “Negara-negara Arab Sunni” sebelum kesepakatan damai dapat dibuat dengan Palestina, Lieberman menambahkan.

“Cahaya satu-satunya di akhir terowongan merupakan kesepakatan regional lengkap,” ujar menteri pertahanan keras-kiri itu menambahkan.

“Hubungan diplomatik dan ekonomi penuh. Tidak di bawah meja, tetapi di atas meja,” tulis Midle East Eye (MEE).

“Saya melihat penelitian mengenai hasil dari kesepakatan regional dan hubungan ekonomi penuh antara Israel, Negara Teluk, dan Arab Saudi. Ini akan berarti tambahan pemasukan 45 miliar dolar bagi Israel. Itu potensinya. Kita harus secara jelas mengatakan apa prioritas kita.”

Penunjukan Pangeran Salman sebagai putra mahkota dan ahli waris tahta Saudi telah membawa harapan baru penyesuaian antara dua negara, uja Menteri Komunikasi Ayoub Kara.

“Penunjukan Salman berarti lebih banyak kerja sama ekonomi di Timur Tengah, dan tidak hanya mengenai minyak,” ujar Kara dalam pernyataannya.

“Menguatnya hubungan dengan pemerintahan Trump merupakan awal baru yang optimis antara Arab Saudi dan negara regional, termasuk Israel dan rakyat Yahudi.”

Arab Saudi telah menolak untuk mengakui Israel sejak penjajahannya pada 1948 dan telah mendukung hak kedaulatan Palestina atas wilayah yang dijajah oleh Israel sejak 1967. Namun Kerajaan itu tidak berpartisipasi dalam Perang Arab-Israel manapun.

Israel termasuk mendukung isolasi terhadap Qatar yang dipimpin Arab Saudi. Tel Avib berulangkali meminta Qatar untuk tidak memberi suaka pada tokoh-tokoh pejuang Palestina, termasuk pemimpin Hamas Khaled Misy’al dan Azmi Bishara.

Selama kunjungan ke Timur Tengah pada bulan lalu, Presiden AS Donald Trump terbang langsung dari Arab Saudi ke Israel dalam penerbangan yang disebut oleh sekretaris pers White House, Sarah Huckabee Sanders, sebagai sebuah “momen bersejarah” hubungan antara dua negara.

Perbincangan yang bertujuan membangun hubungan ekonomi antara kedua negara itu dimulai pada minggu lalu, kutip The Times.

Beberapa sumber Arab dan Amerika mengatakan, hubungan itu akan dimulai pelan-pelan dan akan memperbolehkan bisnis Israel untuk beroperasi di Teluk, dan kemungkinkan memperbolehkan El Al, perusahaan penerbangan nasional Israel, terbang melalui wilayah udara Saudi. (sumber: ROL)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>