Mantan Agen CIA Bersalah Culik Seorang Imam
Seorang mantan agen CIA dinyatakan bersalah telah menculik seorang imam Mesir oleh pengadilan Italia lebih dari satu dekade lalu. Mantan agen itu mengaku akan bermaksud kembali ke Italia untuk menghadapi hukumannya. Namun ia berharap untuk menghindari hukuman penjara.
Seperti dilansir dari Ahram Online, Sabtu (1/7), Sabrina de Sousa, yang memiliki kewarganegaraan Amerika dan Portugal ganda mengatakan akan meninggalkan Portugal untuk menghadapi pengadilan Italia. Hal terkait kasus penculikan seorang pengkhutbah yang dianggap beraliran keras Abu Omar dari sebuah jalan di Milan pada 2003. Penculikan dilakukan dalam sebuah operasi yang diduga dipimpin oleh CIA dan badan intelijen Italia.
Dia telah diadili secara in absentia bersama 22 orang lainnya tentang dakwaan hukum pertama di dunia terhadap orang-orang yang terlibat dalam program rendisi luar biasa CIA menyusul serangan 11 September 2001.
“Saya akan kembali ke Italia minggu depan untuk menjalani hukuman yang akan ditentukan oleh pengadilan Italia,” kata de Sousa (60 tahun) kepada AFP. Ia berharap dibebaskan dengan pembebasan bersyarat dan menjalankan pengabdian masyarakat.
Pada akhir Februari, Presiden Italia Sergio Mattarella memberinya “pengampunan parsial satu tahun penjara”. Presiden mengurangi hukuman penjara tiga tahun dengan bentuk hukuman ringan yang tidak perlu dibayar di balik jeruji besi dan memungkinkan narapidana untuk kerja sosial.
Dalam sebuah email yang dikirim dari AS, Sousa ingin melakukan pengabdiannya di Portugal.
Omar diculik pada tanggal 17 Februari 2003, sebelum dipindahkan ke Mesir. Pengacaranya mengataka, dia disiksa, dalam sebuah kasus kontroversial yang dicurigai oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. “Operasi ini disetujui oleh tingkat tertinggi pemerintah AS,” kata de Sousa.
“Apa yang pejabat AS di Washington dan beberapa di Pemerintah Italia diberitahu adalah bahwa Abu Omar adalah seorang teroris yang berbahaya, dan dengan pembenaran tersebut, kepala CIA di Roma memperoleh persetujuan yang diperlukan.” (sumber: ROL)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Banyaknya Tentara Muslim, Jerman Rekrut Seorang Imam Shalat
- Dua Pemuda Amerika Merasa Sangat Bersalah Telah Membakar Alquran
- Pimpinan Gereja Jehovah’s Witnesses Divonis Bersalah atas 8 Kejahatan Seksual
- Politisi Geert Wilders Dinyatakan Bersalah dalam Kasus Diskriminasi
- Seorang Imam Ditembak Mati di New York
Indeks Kabar
- Tersangka Penembakan Pendeta di Prancis Ditangkap
- Allahu Akbar, Saksikan Parade Tauhid, Seorang Non-Muslim Bersyahadat
- Muslim Korsel Butuh Masjid dan Makanan Halal
- Muslim Kepulauan Fiji Kini Punya Masjid Baru
- Pemprov DKI Lepas Saham Miras Fahira Idris: Ini Kado Indah bagi Warga Jakarta
- Aisyah, Wanita Cerdas dan Beruntung
- Bentrok di Komplek Al-Aqsha, Aparat Israel Kian Agresif
- Muslimin Rohingya: Sampai Mati Kami akan Tetap di Indonesia
- Kenalkan Islam, 20 Masjid di Inggris Gelar ‘Hari Terbuka’ bagi Publik
- Massa Aksi Bela Islam II Mulai Berdatangan di Masjid Istiqlal
-
Indeks Terbaru
- Jerman Kritik Netanyahu Terkait Peta Timur Tengah tanpa Palestina
- Heboh Xi Jinping Buat Al-Quran Versi China, Seperti Apa?
- Seorang Ibu Tunaikan Nazar Jalan Kaki Lamongan – Tuban setelah Anaknya Tuntas Hafal Al-Quran
- Menemukan Kedamaian Dalam Islam
- Dahulu Anti-Islam, Politikus Belanda Ini Temukan Hidayah
- Masjid di Siprus Yunani Diserang Bom Molotov Disertai Vandalisme: Islam tidak Diterima
- 24 Jam Sebelum Meninggal, Anthony Jadi Mualaf
- Pengadilan Turki Perintahkan Tangkap Rasmus Paludan, Pembakar Al-Quran di Swedia
- Georgette Lepaulle Bersyahadat di Usia Tua
- Uni Eropa Tegaskan Pembakaran Alquran tidak Memiliki Tempat di Eropa
Leave a Reply