Aliza Kim Mantan Model yang Memilih Islam
Pragawati, Aliza Kim, selalu menampakkan senyuman dan berusaha menunjukkan dirinya bahagia kepada masyarakat sekitar. Ketika bertatap muka dengan kolega, wanita muda ini tak pernah menunjukkan kemurungan. Dia ingin teman-teman selalu senang ketika bertemu dengannya.
Tapi, senyum dan kebahagiaan Aliza ternyata adalah bentuk kepura- puraan. Senyuman yang selalu ditampakkannya adalah selimut untuk menutupi kegelisahannya tentang bagaimana meraih ketenangan jiwa bersama Sang Ilahi.
Ketenangan itu adalah dambaan yang sudah lama dicari sepanjang perjalanan hidupnya sejak beranjak dewasa. Kemampuan intelektual sudah dimiliki dengan keberhasilan lulus di Boston College bidang ekonomi dan sosiologi. Sedangkan, gelar masternya dia tempuh di Universitas Denver bidang bisnis internasional.
Banyak orang yang mengenalnya sebagai pribadi yang luar biasa dengan perjalanan kariernya. Tetapi, dia merasa tidak berbeda dengan orang lain. Kariernya sudah cukup dikenal luas sebagai pragawati berbagai busana. Keindahan tubuhnya membuat pakaian apa pun menjadi indah terlihat, sehingga banyak wanita ber keinginan memakai busana tersebut. Tapi, berbagai keberhasilan yang diraih tak juga menghasilkan ketenangan batin.
“Saya sempat mengalami depresi karena kondisi yang saya alami selama bertahun-tahun. Ketika saya berpikir akan pulih, justru keputusan yang diambil adalah yang lebih buruk dan kembali jatuh,”jelas dia dalam sebuah video di Youtube.
Aliza merasa menyesal, hidupnya ketika itu terasa begitu asing. Dia merasa seperti bukan dirinya. Kekosongan dalam dirinya semakin dalam. Dia terjebak dalam citra seksi dan teman-teman hedonistis yang tidak menjadikannya lebih baik sedi kit pun. Mereka kerap menghadiri pesta dengan berbusana yang menampilkan lekuk tubuh.
Wanita muda itu sangat membenci dirinya sendiri. Dia kerap mempertanyakan, mengapa hidup seperti itu yang dijalani, apakah ada kehidupan yang lebih memberikan ketenangan batin dan keakraban dengan Sang Pencipta.
Kehampaan yang kerap dirasakan menuntunnya untuk mencari tahu ajaran agama. Penelitian dan kajian yang dibaca menuntunnya kepada Islam sebagai pandangan hidup. Aliza menemukan Islam bukan dari apa yang digambarkan media atau apa pun tentang Muslim yang kerap digambarkan sebagai radikalis, teroris, dan tidak bersahabat.
Dia menemukan Islam dari sejarawan, ilmuwan, agamawan, ahli kitab, syekh, dan pengamatan terhadap teman-temannya yang Muslim. “Tidak mudah bagi saya untuk membuka diri dan menceritakan kisah saya,” jelas dia.
Doa selalu dipanjatkan kepada Tuhan. Dia selalu menginginkan pertolongan Ilahi datang menuntunnya menuju jalan yang benar, sehingga bisa merasakan kedamaian batin. Hati ingin terasa mantap dalam beriman.
Dia ingin menyerahkan diri kepada Tuhan yang benar-benar memberikan ketenangan hidup. Kehidupan seperti itu diyakini akan mengubah kebiasaannya. Dengan harapan itu, dia ingin menjalani kehidupan yang saleh dan merangkul banyak orang.
Aliza sempat meneliti sejarah agama tertentu dan mendapatkan kitab suci agama sebagai petunjuk tentang tempat ibadah yang memberikan ketenangan. Semakin dia belajar tentang konsep ketuhanan semakin dia menemukan kehampaan karena ternyata banyak hal tak rasional di dalam konsep ketuhanan itu.
Namun, dia terus memelajari berbagai kitab suci. Kitab yang lahir dari tradisi Abrahamik dipelajarinya, seperti Taurat, Injil, dan terakhir Alquran. Dia membandingkan manuskrip kuno dalam bahasa Aramaik, Arab, dan Yunani tentang agama. Kemudian dia membaca buku-buku yang menelusuri kebenaran tentang keesaan Tuhan, tidak hanya Islam, tapi juga Kristen dan Yahudi.
Dia juga memelajari konsep keesaan Tuhan dalam agama politeistik. Setelah itu, dia membaca buku-buku tentang pandangan Islam tentang Yesus dan orang-orang Kristen. Kemudian, ke buku-buku tentang kepercayaan Islam.
Saya pikir, jika akan menemukan kebenaran, pasti juga ada petunjuk dalam Islam agar bisa saya temukan. Jadi, saya mulai membaca, membaca, dan membaca, dan saya tidak bisa berhenti,” jelas dia.
Dari kajian tersebut, dia mengetahui, sebelum Islam datang, umat Nabi Musa, dan Isa, ternyata menjalani ajaran yang disyariatkan Tuhan. Islam kemudian datang untuk menyempurnakan ajaran keduanya. Islam berarti tunduk kepada Tuhan yang Maha Esa. Muslim adalah seseorang yang tunduk kepada Tuhan.
Pemahaman tentang keesaan Tuhan harus dibarengi dengan cara menjalankan ritual keagamaan yang benar. Hal itu ditemukannya dalam Islam. Dia kemudian mulai tertarik pada cara Islam sebagai agama yang membentuk gaya hidup.
Dari perjalanan panjang itu, Aliza merasakan, Tuhan menuntun dirinya secara bertahap dan menempatkan setiap buku dengan sempurna agar dirinya bisa menyingkap tabir penciptaan dan persoalan agama dengan baik.
Walaupun itu adalah pilihan pribadi saya untuk memulai pencarian kebenaran, saya dengan tulus merasa sekarang bahwa kebenaran telah menemukan saya. Dua buku terakhir yang saya baca berasal dari universalitas Islam dan kumpulan cerita pendek tentang bagaimana orang lain menemukan Islam,” jelas dia.
Pencarian itu menuntunnya untuk bersyahadat mengakui dan memeluk Islam. Semenjak itu, profesinya memamerkan lekuk tubuh tak lagi dilakoninya. Kini, dia aktif sebagai pembicara inspirasional dan aktif berdakwah tentang Islam. Dia juga tak sungkan untuk berbagi pengalamannya menjadi seorang mualaf. Aliza kini tinggal di Malaysia.
Meskipun tidak ada keraguan bahwa Islam adalah jalan menuju ketenangan lahir dan batin, Aliza masih merasakan memeluk Islam adalah hal yang tak mudah. Dia memiliki banyak ketakutan tentang bagaimana reaksi orang tua, teman-teman, dan lingkaran sosial, terhadap dirinya yang kini sudah berubah. Mereka belum tentu bisa menerima Aliza sebagai seorang yang kini sudah menutupi aurat dan tampil sebagai sosok yang relijius.
Tak hanya itu, dia juga mengkhawatirkan pekerjaan yang selama ini memberikannya penghasilan. Berislam akan terasa begitu berat karena ternyata menghalangi profesi yang selama ini dijalankannya. Banyak pikiran datang ketika itu. Tapi, apa yang saya simpulkan, jika Tuhan telah menuntun saya ke Islam maka saya tidak punya pilihan kecuali menerima karena saya tahu bahwa Tuhan adalah yang paling baik, Maha Penyayang dan tahu yang terbaik bagi saya, kata dia.
Selain itu, pilihan menjadi Islam membuat dirinya menjadi orang yang lebih baik. Agama itu mengarahkannya ke pertemanan yang lebih baik dan orang yang lebih baik. Islam membawanya kepada lebih banyak kedamaian, lebih banyak harapan, dan lebih banyak kebahagiaan. Dia meyakini orang-orang yang mencintai masih akan menerima dia apa adanya.
Ternyata benar, berislam ternyata tak membuatnya dijauhkan dari kehidupan sosial. Teman-teman dan lingkungan yang selama ini membentuknya masih menerima Aliza apa adanya.
Mereka tetap bersahabat dan hidup bersama. Pergaulan mereka semakin baik. Aliza dapat mengembangkan potensinya, sehingga menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Saya benar-benar harus berterimakasih kepada orang tua saya yang luar biasa atas cinta, perhatian, dan pengertian yang mereka berikan kepada saya. Dengan dukungan dan izin mereka untuk memilih apa yang saya yakini terbaik bagi diri saya,” jelas dia. (sumber: ROL)
Leave a Reply