Myanmar Bentuk Panel Khusus Selidiki Pelanggaran HAM di Rohingya
Pemerintah Myanmar membentuk Komisi Khusus untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Rakhine, menurut pihak berwenang Senin, 30 Juli 2018, di tengah seruan bertanggungjawab atas pembersihan etnis muslim Rohingya.
Komisi beranggota empat orang itu terdiri atas dua anggota lokal dan dua anggota internasional, diplomat Filipina Rosario Manalo dan mantan Duta Besar Jepang untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kenzo Oshima, menurut pernyataan Kantor Presiden Myanmar.
Manalo (82), seorang mantan wakil menteri luar negeri, akan memimpin komisi tersebut.Sementara anggota lokalnya meliputi pengacara Mya Thein serta ekonom dan mantan pejabat PBB Aung Tun Thet.
Aung Tun Thet tahun lalu ditunjuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi menjadi sebagai tokoh kunci dalam tanggapan Myanmar terhadap krisis Rohingya, dan pada April mengatakan kepada harian Bangladesh bahwa Myanmar “tidak berniat melakukan pembersihan etnis”.
“Komisi Independen ini akan menyelidiki tuduhan-tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan isu-isu terkait menyusul serangan-serangan teroris ARSA” menurut pernyataan kantor Presiden Win Myint merujuk kepada Tentara Penyelamat Rohingya Arakan, sebuah kelompok bersenjata Rohingya yang terpaksa harus mengangkat senjata untuk bertahan dari kekejaman militer.
Lebih dari 700.000 orang etnis Rohingya meninggalkan negara bagian Rakhine di barat Myanmar setelah tindakan keras militer yang dimulai Agustus tahun lalu sebagai tanggapan atas serangan-serangan ARSA terhadap pos keamanan.
Pernyataan Kantor Presiden Myanmar pada Senin menyebut panel itu “bagian dari inisiatif nasional untuk mengupayakan rekonsiliasi, perdamaian, stabilitas dan pembangunan di Rakhine.”
Komisi itu adalah salah satu dari beberapa yang dibentuk dalam beberapa bulan terakhir untuk menyelesaikan masalah di negara bagian Rakhine, yang diistilahkan PBB sebagai “contoh buku teks pembersihan etnis”, demikian menurut siaran kantor berita Reuters dikutip Antara. (sumber: hidayatullah/reuters/antara)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- 24 Etnis Muslim Rohingya Tewas dalam Operasi Gabungan di Myanmar
- Din Syamsuddin: Myanmar Perlu Akui Kewarganegaraan Etnis Rohingya
- Malaysia Serukan ASEAN Selidiki Kekejaman Terhadap Muslim Rohingya
- OKI Desak Myanmar Izinkan Tim PBB Selidiki Kejahatan Kemanusiaan terhadap Rohingya
- PBB: Tentara Myanmar Lakukan Pembunuhan dan Perkosaan Secara Massal Etnis Rohingya
Indeks Kabar
- 2016 ‘Tahun Berdarah’ untuk Anak-Anak Palestina di Tepi Barat
- Anak Muslim Diusir dari Kolam Renang, Wali Kota Minta Maa
- Pastor Lintas Negara Belajar Islam di Tebuireng
- Muslim di Barcelona Cemas Respon Anti-Islam
- Malaysia Luncurkan Laboratorium Halal Pertama di Dunia
- NU Bermuktamar ke-33
- Joe Biden Minta Bantuan Muslim untuk Kalahkan Trum
- Kemendikbud Sesalkan Larangan Berjilbab di Sekolah Terjadi Lagi
- Sahabat Kita Siapkan Program Ramadhan di Korea Selatan
- Warga Muslim Myanmar Jadi Korban Amuk Massa Lagi!
-
Indeks Terbaru
- Masjidil Haram Dinodai Ponsel dan Kamera
- Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan
- China Tangkapi Warga Muslim Hui yang Tolak Penghancuran Masjid
- Dari Benci Jadi Cinta Islam
- OKI Adakan Pertemuan Darurat Membahas Sudan, Militer Setuju Gencatan Senjata Seminggu
- Yusuf Masuk Islam Setelah Temukan Alquran di Stadion Old Trafford
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Viral Video Protes Suara Bising di Masjid, Kakek Australia Ini Malah Masuk Islam
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Mualaf Fano, Dulu Benci dan Caci Maki Adzan Tapi Kini Malah Merindukan Kemerduannya
Leave a Reply