Menahan Diri dari Menggunjing, Mudahkah?
Menggunjing seolah telah menjadi sesuatu yang lumrah di sebagian masyarakat. Hampir dalam setiap kesempatan, bergunjing mengenai orang lain, amatlah disukai. Bahkan, terasa kurang seru sebuah obrolan bila tanpa dibumbui tema yang satu ini.
Belum lagi di layar kaca, juga marak acara berformat gosip atau ngerumpi, sebutan lain dari menggunjing. Tayangan semacam itu justru sangat populer. Akhirnya, aktivitas tersebut tumbuh seperti tren, di kota maupun di desa.
Sejatinya, Islam menaruh perhatian besar pada masalah ini. Bergunjing, dalam bahasa Arab adalah ghibah, merupakan salah satu perbuatan yang dilarang. Allah SWT mengibaratkannya sebagai sesuatu yang kotor, seperti tertera dalam Alquran surat al Hujurat ayat 12.
Adapun ghibah, mengutip dari situs wikipedia, berarti menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seseorang yang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik mengenai jasmaninya, agama, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriahnya dan lainnya.
Caranya bisa bermacam-macam. Antara lain membeberkan aib, meniru tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang digunjingkan dengan maksud mengolok-oloknya.
Oleh karena itu, ungkap Dr Muhammad Ali al Hasyimi dalam bukunya The Ideal Muslim, seorang Muslim sejati tidaklah menyebarkan gosip yang penuh kebencian. Sebab dia mengetahui jika melakukan perbuatan itu akan menempatkannya pada kelompok orang-orang jahat.
”Bergunjing dikhawatirkan dapat menimbulkan kesulitan pada diri orang lain dan memutus tali silaturahim di antara sahabat,” paparnya.
Dalam pandangan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, menggunjing hukumnya haram dan termasuk dosa besar. Baik aib yang digunjingkan itu benar-benar ada pada diri seseorang maupun tidak ada.
Ketentuan tersebut berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW ketika beliau ditanya tentang menggunjing. ”Engkau membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang dibencinya”.
Lebih lanjut Nabi SAW menjelaskan, jika yang dibicarakan memang terdapat pada orang tersebut, maka hal itu termasuk menggunjing (ghibah), dan jika yang digunjingkan itu tidaklah benar, maka yang membicarakannya telah berdusta
Nabi kemudian menegaskan, siapa yang suka bergosip penuh kebencian, suka mencari-cari kesalahan orang lain, maka dirinya akan dijauhkan dari pintu surga.
Sebaliknya, seperti disampaikan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid dalam kitab Muharramat Istahana Bihan Naas, wajib bagi orang yang hadir dalam pembicaraan yang sedang menggunjingkan orang lain, untuk mencegah kemungkaran dan membela saudaranya yang digunjingkan.
Ini sesuai anjuran Nabi. ”Barangsiapa yang melindungi kehormatan saudaranya dari fitnah, maka akan menjadi haknya bahwa Allah akan melindunginya dari api neraka.” (HR Ahmad)
Dr Muhammad Ali menambahkan, seorang Muslim hendaknya dapat memerangi pergunjingan di manapun berada. Dengan begitu, ia akan melindungi saudara Muslimnya dari orang yang bergosip atasnya.
”Selain itu, dia juga menolak hal-hal buruk yang orang lain katakan,” paparnya lagi. Hal ini diperkuat oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali. Menurutnya, seperti halnya diharamkan ber-ghibah, diharamkan juga mendengarkan dan mendiamkan perbuatan itu.
”Wajib hukumnya membantah orang yang melakukannya,” demikian Syaikh Salim dalam kitab Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah (Ensiklopedi Larangan menurut Alquran dan Sunnah). (sumber: dialog republika)
Leave a Reply