Dubes China Klaim Siapa Saja Bisa ke Xinjiang
Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian, membantah kabar Provinsi Xinjiang tidak terbuka. Ia mengklaim pada tahun lalu, ada 100 juta wisatawan, termasuk dari luar negeri, berkunjung ke Provinsi Xinjiang, China.
“Makanya siapa saja bisa ke sana. Enggak ada masalah membatasi,” klaimnya dalam konferensi pers usai bertemu para Pimpinan Pusat Muhammadiyah kemarin (28/12/2018) di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta.
Ia menyebut, tahun 2016, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj juga sempat berkunjung ke Xinjiang. Dan pada saat ini, kata dia, Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, juga sedang ke sana.
“Saya kira daripada mendengar 100 kali, lebih baik melihat sekali saja melalui kunjungan Duta Besar Djauhari ke Xinjiang. Pasti akan meningkatkan pengenalan masyarakat khususnya masyarakat Muslim terhadap Xinjiang. Dan juga masyarakat bisa meningkatkan hubungan dan pemahaman mereka terhadap kebijakan dan tindakan yang dilakukan pihak Tiongkok,” kata Qian.
Sebelumnya, Qian menawarkan Muhammadiyah untuk berkunjung ke Xinjiang. “Kami juga menyambut baik teman-teman Indonesia khususnya teman-teman dari Muhammadiyah untuk berkunjung ke Tiongkok untuk melihat bagaimana sebenarnya itu,” katanya.
Ditawarkan berkunjung ke Xinjiang oleh Xiao Qian, Muhammadiyah mengaku mau ambil kesempatan itu. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengatakan, Muhammadiyah ingin masuk dan melihat kondisi Xinjiang serta bertemu dan berdialog dengan masyarakat di sana.
Ditanya hidayatullah.com, apakah kalau sifatnya undangan pemerintah China, nanti ada kemungkinan Xinjiang dikondisikan terlebih dahulu oleh mereka? Mu’ti menegaskan, “Tidak ada ceritanya ketika kita misalnya diundang, kita akan kehilangan sikap kritis.”
Selama ini Muhammadiyah, kata dia, tidak ada beban politik. Fokusnya lebih kepada bagaimana memperkuat relasi antar masyarakat dan membangun tata dunia yang lebih damai dan adil.
Sebelumnya diberitakan, China dituding memenjarakan ribuan umat Muslim Uighur di wilayah Xinjiang tanpa proses peradilan. Pemerintah China menepis tudingan tersebut, namun investigasi BBC menemukan bukti baru nan penting.
Pada 12 Juli 2015, sebuah satelit menyoroti kawasan gurun dan sejumlah kota di bagian barat China. Salah satu foto yang diabadikan hari itu menampilkan pemandangan lahan kosong yang dipenuhi pasir abu.
Hanya berselang kurang dari tiga tahun kemudian, pada 22 April 2018, foto satelit di tempat yang sama menunjukkan perbedaan menakjubkan. Sebuah kompleks besar dan berkeamanan ketat muncul, lengkap dengan tembok luar sepanjang dua kilometer dan 16 gardu penjaga.
Sejak awal tahun berbagai laporan santer menyebutkan China mengoperasikan sejumlah kamp penahanan bagi warga Muslim Uighur. Tempat itu ditemukan oleh para peneliti yang sedang mencari bukti bahwa kamp-kamp tersebut memang ada dalam perangkat pemetaan global, Google Earth.
Lokasi kompleks beton tersebut terletak di dekat Kota Dabancheng, sekitar satu jam berkendara dari ibu kota Xinjiang, Urumqi. Guna menghindari pemantauan polisi terhadap setiap wartawan yang datang berkunjung, kami mendarat di Bandara Urumqi pada dini hari waktu setempat.
Akan tetapi, pihak kepolisian ternyata sudah mengantisipasi. Ketika tiba di Dabancheng, kami dikuntit sedikitnya lima mobil berisi polisi berseragam dan pejabat pemerintah.
Kian jelas kedatangan kami untuk mengunjungi kamp-kamp tahanan warga Muslim Uighur selama beberapa hari ke depan tidak akan mudah. Selagi kendaraan kami meluncur, kami tahu cepat atau lambat konvoi mobil di belakang kami akan mencoba menghentikan kami.
Lepas dari dugaan tersebut, kami menyaksikan pemandangan yang tak terduga. Area luas, kosong, dan berdebu yang ditampilkan foto satelit di bagian timur kompleks, tak lagi kosong. Di tempat itu proyek pengembangan sedang berlangsung.
Deretan crane dan bangunan abu-abu raksasa setinggi empat lantai seolah mendadak tumbuh di gurun. Kami pun langsung mengangkat kamera dan mengambil gambar proyek konstruksi tersebut. Namun, belum lama rekaman berputar, salah satu kendaraan yang menguntit tiba-tiba beraksi.
Mobil kami diberhentikan, kami disuruh mematikan kamera, dan pergi. Bagaimanapun, kami telah menemukan hal signifikan—aktivitas luar biasa besar yang belum diketahui masyarakat luas. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Di Kupang, Kristolog Ajak Umat Hindari Syiah dan Gafatar
- Indonesia Akan Jadi Tuan Rumah Temu Asosiasi Komunikasi Katolik Dunia
- Sambut Ramadhan, ODOJ Gelar Tabligh Akbar di Istiqlal
- Tanda-tanda Puasa Diterima Allah Menurut KH Arifin Ilham
- Bareskrim Tahan Lima Tersangka Kasus Jamaah Haji
- Sukabumi Giatkan Maghrib Mengaji
- Dinilai Cukup Kuat Pengaruhi Anak, YPMA Minta Iklan Rokok Dilarang
- Kapolri Safari ke Seluruh Ormas Islam, Ini Alasannya
- Rwanda Larang Kumandang Azan dengan Pengeras Suara
- Masjid Pertama Inggris Dibangun di Liverpool
-
Indeks Terbaru
- UEA Kecam Pembangunan Permukiman Baru Israel di Wilayah Palestina
- Jadi Mualaf, Susie Brackenborough: Tak ada yang Membingungkan dalam Islam
- Ucapan Islami Ini Membuka Mata Hati Mualaf Ismael Lea South untuk Masuk Islam
- Pelaku Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Berseragam Polisi
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
Leave a Reply