Ittihad Ulama Uighur: Kamp Konsentrasi untuk Cuci Otak Agar Tak Percaya Agama
“Saya punya enam orang saudara perempuan di wilayah yang disebut Xinjiang. Saya tak tahu dimana mereka saat ini. Saya tak bisa kontak mereka sama sekali. Yang saya tahu hanya satu kakak perempuan saya, sejak 2016 dipenjara, divonis hukum penjara 9 tahun. Tidak ada tuduhan. Hanya karena shalat dan berjilbab.”
Demikian diungkapkan Dr Abdussalam Alim, dari Ittihad Ulama Uighur semalam, Sabtu (12/01/2019) saat bersaksi di hadapan 10 organisasi Muslimin di bawah Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Yogyakarta.
Delegasi Ittihad Ulama Uighur berkunjung ke Indonesia untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas simpati dan persaudaraan yang ditunjukkan Muslimin Indonesia terhadap Muslimin Uighur yang sedang mengalami kedzaliman: kekejaman rezim komunis China.
Dr Syukri Fadholi, Ketua Presidium FUI Yogyakarta bertanya dalam pertemuan itu, “Apa rencana Ittihad Ulama Uighur menghadapi kedzaliman ini? Apa yang bisa kami lakukan untuk menolong?”
Dr Abdussalam menjawab, “Pemerintah Republik Rakyat China (Komunis) menyebarkan tuduhan bahwa Muslimin Uighur mau bikin negara baru, separatis. Kami hidup dan beribadah saja tidak bisa, apalagi berpikir mau bikin negara? Yang penting bagi kami saat ini adalah: bertahan hidup, bisa beribadah, hentikan kamp konsentrasi.”
Menurut pemaparan Ittihad Ulama Uighur, kamp-kamp seperti itu tersebar di berbagai wilayah China Daratan. Yang disekap dan dipaksa hidup di dalamnya bukan saja Muslimin Uighur, tapi juga kelompok etnis dan agama lain.
Kata Dr Abdurrahman, “Ideologi komunis yang dianut pemerintah China, menganggap semua agama sebagai candu yang memabukkan manusia. Karena itu semua agama harus dikendalikan.” Menurutnya, kamp-kamp konsentrasi itu dimaksudkan mencuci otak penghuninya untuk tidak lagi mempercayai agama.
Bulan November 2018 lalu, sejumlah rombongan diplomat negara-negara Muslim difasilitasi rezim komunis China berkunjung ke wilayah yang disebut Xinjiang (artinya: Wilayah Baru. Sebelum 1949 wilayah ini bernama Turkistan Timur).
Tujuan kunjungan itu untuk membantah tuduhan tentang adanya kamp-kamp konsentrasi. Dalam kunjungan itu kepada para anggota delegasi diplomat diperlihatkan kehidupan Muslimin Xinjiang yang “normal”.
Di tempat-tempat yang disebut “kamp konsentrasi” mereka dipertemukan dengan para penghuni yang disebut sebagai “peserta pusat-pusat pelatihan dan pendidikan” demi membekali mereka memasuki lapangan kerja.
Menurut Dr Abdussalam, “Pemerintah China mengklaim, pusat-pusat pelatihan itu untuk ketenagakerjaan. Pertanyaannya, kenapa ada penulis, dosen, ibu rumah tangga, bahkan rektor universitas ditangkap dan dipaksa hidup di kamp itu? Padahal mereka sudah bekerja untuk negara. Mereka punya pekerjaan. Ini kelihatan bohongnya.”
FUI Yogyakarta yang memayungi belasan organisasi Muslim, bertekad membantu Ittihad Ulama Uighur. Demikian pula Angkatan Muda FUI yang beberapa perwakilannya hadir. Muhammadiyah, MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Teras Dakwah, dan berbagai organisasi lain tampak hadir.
Pertemuan itu hasil kerja sama FUI, Masjid Jogokariyan, dan Sahabat Al-Aqsha. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Din: Pemerintah RI Lemah Jika Berdalih Uighur Masalah Internal China
- Komunis China Memotong Rok Wanita Uighur di Tengah Jalanan
- Pakistan Kritik China atas Perlakuan terhadap Muslim Uighur
- PBB: Cina ‘Sekap’ Lebih dari 1 Juta Muslim Uighur di Xinjiang
- Pelajar Uighur di Turki dan Anak Gaza Dukung Aksi Indonesia Tekan China
Indeks Kabar
- Kasus Wakapolsek Mabuk, Pemerintah-DPR Didesak Segera Sahkan RUU Larangan Minol Jadi UU
- Cerita Mohammad Ahsan Tentang Prosesnya Berhijrah
- MUI: Perda Syariah Implementasi Para Pemikir Konstitusi Indonesia
- Menag Ajak Umat Muslim Indonesia Lawan Islamofobia
- Bimbing Mualaf Selama Ramadhan, YMPM Buka Pendaftaran Dai
- Adara Relief: Cukup Menjadi Manusia untuk Membantu Palestina
- Gandeng LBIQ, JIC Gelar Pelatihan Bahasa Arab
- Aa Gym Sebut Kementerian Agama Pertama Dihisab, Apa Kata Menag?
- Muslim Cina Pakai Jilbab di-Bully Netizen
- Sosialisasikan Muslim Tak Pakai Atribut Natal, Anggota JAS Malah Ditangkap
-
Indeks Terbaru
- Jerman Kritik Netanyahu Terkait Peta Timur Tengah tanpa Palestina
- Heboh Xi Jinping Buat Al-Quran Versi China, Seperti Apa?
- Seorang Ibu Tunaikan Nazar Jalan Kaki Lamongan – Tuban setelah Anaknya Tuntas Hafal Al-Quran
- Menemukan Kedamaian Dalam Islam
- Dahulu Anti-Islam, Politikus Belanda Ini Temukan Hidayah
- Masjid di Siprus Yunani Diserang Bom Molotov Disertai Vandalisme: Islam tidak Diterima
- 24 Jam Sebelum Meninggal, Anthony Jadi Mualaf
- Pengadilan Turki Perintahkan Tangkap Rasmus Paludan, Pembakar Al-Quran di Swedia
- Georgette Lepaulle Bersyahadat di Usia Tua
- Uni Eropa Tegaskan Pembakaran Alquran tidak Memiliki Tempat di Eropa
Leave a Reply