Pakar Ungkap Mengapa Saudi Datangkan Nuansa Barat
Arab Saudi tengah melakukan reformasi besar-besaran di bidang hiburan. Setelah sebelumnya membuka gedung bioskop pertamanya di Jeddah, Saudi kini tengah menggarap proyek konser dan festival musik. Apa alasannya?
Seorang cendekiawan di Institut Negara-Negara Teluk Arab di Washington, Hussein Ibish, mengatakan bagian hiburan dari visi Pangeran Mohammed bin Salman, putra mahkota Kerajaan Saudi sangat besar.
Ia menyebutnya sebagai pengajuan kembali revolusioner ‘kesenangan’ ke dalam sebuah masyarakat. di mana hiburan publik pada dasarnya telah dihilangkan selama beberapa dekade. Tetapi karena rencana ini melibatkan pertukaran dengan Barat, hal itu menurutnya yang menciptakan teka-teki.
“Ketika Anda melepaskan kekuatan liberalisasi sosial dan modernisasi ekonomi yang menyerukan dan menarik Barat, dan yang harus menarik Barat, Anda mencoba menahannya dengan tindakan keras politik yang sepenuhnya tidak dapat diterima dan mengasingkan diri bagi kebanyakan khalayak Barat,” kata Ibish.
Konser-konser bisa dinikmati di akhir pekan selama musim dingin di Al Ula, yang biasanya digelar pada Jumat. Terkadang ada acara penting lainnya, seperti naik balon udara.
Situs web Winter at Tantora mengiklankan berbagai paket untuk setiap akhir pekan. Semuanya memang merogoh kocek yang mahal.
Untuk konser Yanni di akhir pekan, pengunjung harus merogoh kocek berkisar antara 1.400 dolar untuk paket perjalanan sehari (penerbangan pulang-pergi dari Jeddah atau Riyadh) hingga 6.000 dolar untuk paket “berlian” di akhir pekan. Biaya untuk menikmati konser di akhir pekan ini memang mahal bagi kebanyakan warga Saudi.
Selain itu, adapula restoran pop-up dengan tempat duduk terbuka di antara tebing di akhir pekan. Ada restoran versi Salt, sebuah restoran burger populer di Dubai, di Uni Emirat Arab. Adapula restoran versi Nozomi, sebuah restoran sushi-burger yang dikelola Saudi.
Terkadang, para pengunjung bertemu dengan penduduk lokal Al Ula di pasar wisata akhir pekan. Pasar ini terletak di sebelah rumah-rumah lumpur di kawasan kuno.
Dengan adanya festival ini, warga Al Ula disebut merasa bangga menunjukkan rumah mereka kepada dunia. Menurut Kepala Komisi Pembangunan Ekonomi Kerajaan, Abdullah al-Khelawi, festival ini menyediakan pekerjaan musiman bagi 1.000 penduduk setempat. Markas besar komisi kerajaan, yang menyelenggarakan festival, berada di Riyadh. Riyadh sendiri merupakan tempat bagi 100 karyawan tetap bekerja.
“Festival ini dapat memulai industri pariwisata. Mereka mempekerjakan banyak pengemudi hanya untuk festival musim dingin saja,” kata seorang pengemudi lokal, Saleh al-Bilawi (25), yang baru-baru ini mempelajari peradilan pidana di sebuah universitas Amerika.
Al-Bilawi dan rekan-rekannya menyadari bahwa pekerjaan itu hanyalah sementara. Pengemudi lainnya, Faisal, juga merupakan lulusan universitas. Ia mengatakan, bahwa dirinya dibayar sebesar 36 dolar per hari dan bekerja hanya pada akhir pekan. Akan tetapi, ia merasa bersyukur atas pekerjaan itu.
Di lain hal, komisi kerajaan dan pemerintah Prancis telah sepakat untuk mengirim 300 hingga 1.000 penduduk lokal ke Prancis untuk pelatihan, sebagian besar di industri perhotelan. Pada September lalu, sebanyak 68 siswa pertama tiba di Campus France, sebuah lembaga Perancis. Sebanyak 32 di antaranya adalah wanita.
Pada 31 Januari, wisatawan mulai terbang ke konser yang dibawakan oleh Bocelli, yang akan tampil malam berikutnya. Sebagian besar tampaknya adalah orang kaya Saudi, meskipun ada beberapa penduduk asing di negara itu juga.
Beberapa yang datang dari luar Saudi berhasil mendapatkan visa turis dengan bantuan komisi kerajaan. Arab Saudi umumnya tidak memberikan visa semacam itu. Sejumlah besar pengunjung tampaknya adalah tamu-tamu komisi, yang membayar dengan cara mereka.
Pasangan asal Italia yang tengah duduk di sebuah restoran di sebuah pertanian mengatakan, mereka datang ke Saudi atas desakan teman mereka yang merupakan duta besar Italia di Riyadh. “Kami ingin melihat negara ini sebelum dipengaruhi dunia Barat dan terlihat sama seperti di tempat lain. Saya harap orang Saudi menyadari bahwa harta dan keindahan mereka adalah warisan yang mencolok ini,” kata Cinzia Chiari, yang tengah mengenakan jubah hitam saat berbicara kepada The New York Times. (sumber: ihram.co.id)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Hati-hati! Permen Narkoba Beredar di Sekitar Kita
- Masjid Sydney Membuka Pintu bagi Korban Kebakaran Hutan
- Jelang Pilpres, Aa Gym Imbau Masyarakat Jaga Ukhuwah
- MUI Jabar Akan Konfirmasi Polda Terkait Kasus Bupati Purwakarta
- Agar Diterima Jerman, Imigran Berbondong-bondong Pindah Agama
- PBNU: NU dan FPI Punya Kesamaan Pandangan Menguatkan Ekonomi Warga
- Presiden Jokowi Minta Para Menteri Memantau Pergerakan Gafatar
- MUI Keluarkan Fatwa Bermedsos, Ketua Umum: Sebagai Bimbingan bagi Umat
- 21 Tokoh Berbagai Elemen Indonesia Kecam Yahudisasi Al-Quds
- MUI: Hoax Surat Rapid Test Covid-19 Kiai Modus Operandi
-
Indeks Terbaru
- UEA Kecam Pembangunan Permukiman Baru Israel di Wilayah Palestina
- Jadi Mualaf, Susie Brackenborough: Tak ada yang Membingungkan dalam Islam
- Ucapan Islami Ini Membuka Mata Hati Mualaf Ismael Lea South untuk Masuk Islam
- Pelaku Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Berseragam Polisi
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
Leave a Reply