Pertahankan Cadar, Dosen Hayati Resmi Dipecat
Dosen mata kuliah Bahasa Inggris di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Hayati Syafri, yang sudah sejak tahun lalu dinonaktifkan telah resmi dipecat dari Kementerian Agama (Kemenag). Dengan begitu, Hayati tak lagi menyandang status PNS.
Berita pemecatan Hayati dari status Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Agama beredar di Facebook. Saat Republika.co.id mengonfirmasi kepada Hayati, ia membenarkan informasi tersebut. “Benar (sudah diberhentikan dari Kemenag), kalau tidak salah per tanggal 18 Februari,” kata Hayati, Sabtu (23/2).
Sebelum surat pemecatan keluar, Hayati pernah didatangi oleh petugas Inspektorat Jenderal Kemenag. Ia merasa Kemenag lebih fokus menggali soal kedisiplinan dan tidak membahas persoalan memakai cadar.
Dalam surat pemecatan itu, Hayati disebut sering meninggalkan tanggung jawab mengajar. Hayati merasa alasan pemecatan ini tidak adil dan menilai Kemenag telah tebang pilih karena yang ia lihat ada banyak dosen yang mengajar juga sembari meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hayati pun tidak sepenuhnya meninggalkan tanggung jawab sebagai pengajar saat menempuh S3 hingga meraih gelar doktor dengan predikat cum laude. Ia mengaku masih menjalankan tugas bimbingan terhadap mahasiswa-mahasiswinya.
Hayati dirumahkan terhitung sejak semester genap tahun akademik 2017-2018 lalu. Ia dianggap melanggar aturan oleh pihak kampus karena tidak mau melepas cadar saat mengajar bahasa Inggris yang dianggap perlu memperlihatkan mimik wajah saat pengucapan kata agar dapat dimengerti dengan jelas oleh mahasiswa.
Walau sudah lama tidak mengajar di kampus, Hayati mengaku tetap mengabdi kepada masyarakat dengan cara lain. Ia bersama rekan-rekannya aktif di jalan dakwah.
Cita-cita Hayati bersama teman-temannya adalah mewujudkan Kota Bukittinggi sebagai kota Alquran dan kota ramah keluarga. Salah satu yang sudah Hayati wujudkan bersama rekan-rekannya adalah mendirikan sanggar Quran di mana ia bertindak sebagai pembina.
“Harapannya ingin menjadikan Bukittinggi sebagai kota Alquran dan kota ramah keluarga,” ujar Hayati.
Selain itu, Hayati juga menyibukkan diri dengan kegiatan bengkel akhlak. Di sana, ia sering memberikan penyuluhan seputar tema keluarga islami kepada kelompok-kelompok ibu dan remaja. (sumber: ROL)
Naskah Terkait Sebelumnya :
- Ketum MUI: Bercadar Tidak Bertentangan dengan Syariat Islam
- Kritik Larangan Cadar di Universitas Pamulang, Menag: Pemakaian Cadar Harus Dihargai
- Ormas Islam Siap Jadi Benteng Dosen Penginjak Alquran
- Sayangkan Pelarangan, Fahira akan Advokasi Jika Mahasiswi Bercadar Dipecat
- Terlibat kasus Pedofilia, Eks Dubes Vatikan Dipecat
Indeks Kabar
- Gerakan Tolak Rokok dengan Sedekah Selamatkan Generasi Muda
- Taufiq Sebut Komunis Bangkit untuk Balas Dendam
- Tuai Kontroversi, Komik ‘Why Puberty’ Ditarik Penerbitnya
- Malaysia Keluarkan Akreditasi Hotel Ramah Muslim
- Dubes Vatikan kunjungi Minahasa
- MUI Desak Pesbukers Ramadhan dan Sahurnya Pesbukers Disetop
- Arifin Ilham Hingga Yusuf Mansur Gabung Tim Pencari Fakta Tolikara
- Media Asing Tertarik Liput World Muslimah Award
- Masjid Agung Djenne, Masjid Lumpur Terbesar di Dunia
- Di Tangsel Ada Kampung Anti Miras
-
Indeks Terbaru
- Pelaku Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Berseragam Polisi
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Jenazah Tertukar, RS di Jerman Justru Kremasi Muslim
- Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat
Leave a Reply