Imam Besar Istiqlal Minta Umat Islam Bersabar
Imam besar masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, menyerukan umat Muslim tak terprovokasi aksi pembantaian yang terjadi di masjid Christchurch, Selandia Baru. Ia berharap umat Muslim menjadikan tragedi tersebut untuk melatih kesabaran.
“Saya menyerukan jangan ada balas dendam terhadap non-Muslim, jangan sampai ini dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan terdapat orang yang seagama dengan pembunuh di Selandia Baru itu,” kata Nasaruddin kepada Republika, Sabtu (16/3).
Nasaruddin juga meminta agar peristiwa itu tak dipolitisir, terlebih peristiwa itu berlangsung di luar negeri. Menurut Nasaruddin jika umat Islam mampu bersabar dan menerima takdir, umat agama lain pun akan bersimpati terhadap umat Islam.
“Bagi umat Islam harus menjadikan peristiwa ini latihan kesabaran. Bahwa selama ini umat Islam adalah korban baik yang dilakukan orang seagama melalui terorisme maupun oleh non-Muslim seperti dilakukan di Selandia Baru. Tak perlu membalas dendam, terlebih pada yang tidak ada kaitannya dengan itu,” katanya.
Usai shalat Jumat, kemarin (15/3), pria bernama Brenton Tarrant menembaki jamaah yang berada di dalam masjid. Tercatat setidaknya 49 orang tewas dalam peristiwa pembantaian di kota itu. Sebanyak 41 korban terbaring di area masjid Al Noor, sedangkan sisanya ditemukan di Pusat Islam Linwood yang berjarak sekitar 5 km.
Nasaruddin ikut prihatin dengan terjadinya peristiwa itu. Terlebih peristiwa mengenaskan itu terjadi di Selandia Baru, sebuah negara yang terkenal sebagai negara yang kondusif dan damai. Pascaperistiwa itu, para tokoh agama dari berbagai dunia menggelar dialog dan doa bersama di Amerika Serikat.
Nasaruddin yang menjadi salah satu anggota dalam dialog tersebut menyampaikan para tokoh agama sepakat mengutuk penembakan yang menewaskan puluhan orang di dua lokasi yakni di masjid Al Noor dan Pusat Islam Linwood. Nasaruddin mengatakan para tokoh agama pun sepakat aksi pelaku tak mewakili agama manapun.
“Mereka mengutuk penembakan itu, bahwa Islamophobia itu yang digambarkan sekarang sangat tak sesuai dengan realitas masyarakat. Mereka sudah mengetahui tak perlu membenci Islam, semua tahu terorisme itu tak sesuai dengan agama,” katanya. (sumber: ROL)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- indu Keadilan, 300 Warga India Ingin Masuk Islam
- Dorong Majelis Hakim Bersikap Adil, GNPF MUI akan Surati PN Jakut dan MA
- ODOJ dan PKPU Sebar Al-Quran Braille untuk Tunanetra di Yogyakarta
- Konstitusi Austria Akui Hak Muslim
- Politisi Muslim Kecam Penghancuran Masjid di Hyderabad India
- Penulis Pembenci Islam Bangladesh Ini Kabur ke AS
- Muslim Kanada, Antara Harapan dan Ketakutan
- Mantan Rektor IIQ: Pendidikan Al-Qur’an Harus Lebih Diperhatikan
- Peran PSPI Solo Bentengi Akidah Umat Islam dari Kristenisasi
- DPR Berharap Kasus Penistaan Agama Jadi Pelajaran Semua Pihak
-
Indeks Terbaru
- China Tangkapi Warga Muslim Hui yang Tolak Penghancuran Masjid
- Dari Benci Jadi Cinta Islam
- OKI Adakan Pertemuan Darurat Membahas Sudan, Militer Setuju Gencatan Senjata Seminggu
- Yusuf Masuk Islam Setelah Temukan Alquran di Stadion Old Trafford
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Viral Video Protes Suara Bising di Masjid, Kakek Australia Ini Malah Masuk Islam
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Mualaf Fano, Dulu Benci dan Caci Maki Adzan Tapi Kini Malah Merindukan Kemerduannya
- Kantor MUI Ditembak, Sejumlah Staf Jadi Korban
- Terpikat Makna 2 Surat Alquran, Mualaf Nathalia: Saya Temukan Konsistensi dalam Islam
Leave a Reply