Polisi London Selidiki Perobek Jilbab Muslimah di Stasiun
Kepolisian London telah menginvestigasi seorang laki-laki yang diduga merobek jilbab Muslimah di jaringan kereta api bawah tanah London. Saat ini, Polisi Transportasi Inggris (BTP) sedang menyelidiki insiden di Stasiun Turnpike Lane pada Sabtu pagi lalu.
Seseorang yang diyakini sebagai teman korban mencuit di akun Twitternya tentang kejadian tersebut. Dia menceritakan, seorang pria mendatangi wanita itu dan melepas jilbabnya.Sang teman dengan akun bernama Mubs tersebut mengatakan, perempuan itu meminta bantuan menggunakan tombol darurat tiga kali. Akan tetapi, tidak ada staf yang datang membantunya.
Cuitan itu ditujukan untuk mendapat perhatian Wali Kota London Sadiq Khan, Transport for London (TfL), dan anggota parlemen Buruh David Lammy. “Apakah ini London? Ini terdengar mengerikan,” ujar Lammy dikutip Daily Star pada Senin (1/2).
Staf media sosial TfL menanggapi cicitan itu dan meminta wanita itu untuk menghubungi pihak berwenang, BTP. Hal itu juga untuk mengonfirmasi bahwa mereka akan menyelidiki alasan tombol panggilan darurat tidak dijawab.
Sejumlah kelompok Buruh yang bermarkas di London utara telah menyelenggarakan aksi protes di luar stasiun Turnpike Lane.
“Kita tidak bisa tahan ketika serangan rasis terjadi di lingkungan bermusuhan beracun ini,” Crouch End Labour mengatakan dalam sebuah cuitan di Twitter.
Sementara itu, seorang juru bicara kepolisian mengatakan, “Kepolisian Transportasi Inggris sedang menyelidiki menyusul laporan tentang serangan ras yang diperburuk secara rasial di Stasiun Turnpike Lane sekitar pukul 10.45 pagi pada 30 Maret,” katanya.
Dia menambahkan bahwa mereka menganggap semua laporan sangat serius dan memohon siapa pun yang menyaksikan apa yang terjadi untuk menghubungi mereka. Kelompok pemantau kejahatan rasial independen TellMAMA mengklaim bahwa kejahatan rasial anti-Muslim di seluruh Inggris telah meningkat pesat sejak serangan teror Selandia Baru.
Mereka mengklaim bahwa dalam pekan setelah serangan terhadap dua masjid Christchurch, mereka melihat peningkatan 593 persen dalam insiden kejahatan rasial yang dilaporkan.
Biasanya, kelompok tersebut menerima informasi sekitar 30-35 insiden per pekan, tetapi mengklaim bahwa antara 15 Maret, hari serangan teror, dan 21 Maret, 95 insiden dilaporkan kepada mereka.
“Ini terdengar seperti insiden yang mengerikan. Kami tidak pernah mentoleransi perilaku bermusuhan dan kekerasan di jaringan kami. Semua pelanggan kami memiliki hak untuk bepergian tanpa takut akan kekerasan verbal atau fisik. Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mendukung penyelidikan BTP,” ungkap Direktur Layanan Pelanggan untuk London Underground, Brian Woodhead. (sumber: ROL)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Tercatat 2143 Pengungsi Palestina Meninggal di Suriah
- Din Syamsuddin: Myanmar Perlu Akui Kewarganegaraan Etnis Rohingya
- UIN Syarif Hidayatullah Dukung Penuh Mahasiswa Penghafal Alquran
- Adab Menghafal Alquran
- 44 Orang Relawan LAZ Anggota FOZ Diterjunkan ke Lokasi Gempa Sulteng
- Muslim Moskow Tolak Tuduhan Masjid Sarang Teroris
- Halloween, Tradisi Pagan Yang Tak Perlu Ditiru Muslim
- Inggris Rayakan Idul Fitri di Lapangan Trafalgar
- Konferensi Virtual Donor Global Diadakan untuk Menggalang Bantuan Kemanusiaan bagi Muslim Rohingya
- MUI: Perda Syariah Implementasi Para Pemikir Konstitusi Indonesia
-
Indeks Terbaru
- UEA Kecam Pembangunan Permukiman Baru Israel di Wilayah Palestina
- Jadi Mualaf, Susie Brackenborough: Tak ada yang Membingungkan dalam Islam
- Ucapan Islami Ini Membuka Mata Hati Mualaf Ismael Lea South untuk Masuk Islam
- Pelaku Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Berseragam Polisi
- Mantan Ateis Asal Prancis Masuk Islam di Qatar, Kehangatan Muslim Kuatkan Keputusannya
- Kemenlu Rusia Kutuk Swedia Izinkan Politikus Denmark Bakar Alquran di Stockholm
- Trudi Best Jadi Mualaf karena Takjub Lihat Muslim Melakukan Sesuatu karena Allah
- Hidayah adalah Misteri, Dunia Clubbing Pintu Masuk Mualaf Ameena Bersyahadat
- Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat
- Pemerintah Afghanistan Tak Pernah Larang Pendidikan untuk Perempuan
Leave a Reply