Adab Bercanda dalam Islam

“Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tak mengatakan kecuali yang benar.” (HR ath-Thabrani).

Hidup tanpa bercanda pasti terasa hampa. Bercanda atau bersenda gurau merupakan bagian dari kehidupan sosial manusia. Ajaran Islam pun memperbolehkan umatnya untuk bercanda. Sebab, Nabi Muhammad SAW pun suka bercanda dengan para sahabat. Lalu seperti apakah cara becanda Rasulullah SAW?

Sebagai agama yang sempurna, Islam ternyata telah mengajarkan kepada umatnya adab bercanda (Adab al-Mizaah). Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitabnya bertajuk Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah,mengungkapkan ada delapan adab yang harus diperhatikan seorang Muslim ketika bercanda bersama teman atau keluarganya.

”Pertama, hendaknya seseorang bercanda dengan niat untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu.” tutur Syekh as-Sayyid Nada. Menurutnya, seluruh amal itu tergantung pada niatnya. ”Untuk itu, hendaknya setiap Muslim menghadirkan niat yang benar dalam setiap ucapan dan perbuatannya.”

Kedua, tak berlebih-lebihan dalam bercanda. Menurut Syekh as-Sayyid Nada, seorang Muslim tak boleh bercanda hingga melampaui batas. Bercanda semacam itu dilatarbelakangi oleh niat yang tak benar.

Bercanda hingga melampaui batas, tutur dia, akan menjatuhkan martabatnya dalam pandangan manusia. ”Sesungguhnya, terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan kehormatan dan kewibawaan seseorang,” ujar Syekh as-Sayyid Nada.

Ketiga, seorang Muslim hendaknya tidak bercanda dengan orang yang tak suka bergurau. Bercanda dengan orang yang seperti itu bisa berakibat buruk. Karenanya, ungkap Syekh as-Sayyid Nada, tak sepatutnya seorang Muslim bercanda, kecuali dengan orang yang bisa diajak bergurau.

Adab keempat, seorang Muslim hendaknya tak bercanda dalam perkara-perkara yang serius, seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim, saat memberikan kesaksian, saat talak dan lain sebagainya. ”Bercanda dalam kondisi seperti itu tak bisa diterima dan akan menjatuhkan martabat pelakunya,” tutur Syekh as-Sayyid Nada.

Kelima, seorang Muslim hendaknya menjauhi perkara-perkara yang diharamkan Allah ketika bercanda. Apa saja yang dilarang dalam bercanda? Menurut Syekh as-Sayyid Nada, yang tak diperbolehkan dalam bercanda adalah menakut-nakuti, berdusta, mencela, menuduh dan berdusta terhadap manusia.

Seringkali, ada sebagian orang yang suka bercanda bersama sahabatnya dengan cara menakut-nakuti, seperti menggunakan topeng yang menakutkan, berteriak dalam kegelapan atau menyembunyikan barang milik temannya. Bercanda seperti itu, menurut Syekh as-Sayyid Nada, dilarang agama.

Rasulullah SAW bersabda, ”Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi). Dalam hadis lainnya, Nabi SAW bersabda, ”Tidak halal bagi seorang Muslim membuat takut Muslim yang lain.” (HR Abu Dawud).

Selain tak boleh menakuti dan menyembunyikan barang orang lain ketika bercanda, Rasulullah SAW pun mengajarkan kepada umatnya untuk tak berbohong. Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tak mengatakan kecuali yang benar.” (HR ath-Thabrani).

”Diharamkan pula melecehkan sekelompok orang tertentu, penduduk daerah tertentu atau orang dengan profesi tertentu dan menyebut aib mereka dengan tujuan bercanda dan membuat orang tertawa,” papar Syekh as-Sayyid Nada menegaskan.

Keenam, menjauhi bercanda dengan tangan dan kata-kata yang buruk. Menurut Syekh as-Sayyid Nada, sebagian besar manusia tak menyukai bercanda dengan tangan dan kata-kata kotor. Akibat bercanda dengan cara itu, tak sedikit gurauan dengan seorang sahabat bisa berujung permusuhan dan pertengkaran.

Syekh as-Sayyid Nada, mengungkapkan, tak sepatutnya seorang Muslim bercanda dengan tangan kecuali dengan orang yang terbiasa melakukan itu dan bisa menerimanya. ”Sebagaimana para sahabat Nabi SAW mereka saling melempar kulit buah semangka setelah memakannya,” tuturnya mengutip hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad.

Ketujuh, tak banyak tertawa. Menurut Syekh as-Sayyid, kebanyakan orang terlalu berlebihan tertawa sehingga terpingkal-pingkal ketika bercanda. Hal itu, menurut dia, bertentangan dengan sunah Nabi SAW yang meminta umatnya agar tak tertawa secara berlebihan. Nabi SAW bersabda, ”Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR at-Tirmidzi).

Kedelapan, bercanda dengan orang-orang yang membutuhkannya. Rasulullah sering bercanda dengan anak-anak. Ada beberapa hadis yang mengisahkan cara Nabi SAW bercanda. Salah satunya: Dari Anas RA, datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW dan berkata, ”Wahai Rasulullah, bawalah aku? Nabi kemudian bersabda, ”Kami akan membawamu di atas anak unta.”

Laki-laki itu berkata, ”Apa yang bisa aku lakukan dengan anak unta?” Rasulullah SAW pun bersabda, ”Bukankah unta dewasa pun anak unta?” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi). Begitulah Islam mengatur adab bercanda. Sehingga, senda gurau yang dilakukan seorang Muslim dengan sahabatnya dapat menyegarkan jiwa dan semangat. (sumber: ROL)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>