Kecam Syariat Islam di Aceh, Aktivis Perempuan Dinilai Ingin Cari Simpati Barat
Pegiat hukum dan politik Islam di Aceh, Muksalmina Mta menilai aktivis perempuan yang mengkritik pelaksanaan syariat Islam di Aceh dinilai karena tak mengerti dan paham syariat Islam.
Bantahan terhadap aktivis perempuan disampaikan menanggapi pernyataan Raihan Diani mantan Ketua Organisasi Perempuan Aceh Demokratik (ORPAD) dalam acara diskusi di Bakoel Café Cikini, Jakarta Jumat (16/01/2015).
“Saya sangat kecewa atas tuduhan Raihan Diani yang mengatakan bahwa Syari’at Islam bukan solusi untuk mensejahterakan rakyat di Aceh terutama pihak perempuan. Atas dasar apa dikatakan syari’at Islam bukan solusi untuk mensejahterakan rakyat?”, demikian pernyataan Muksalmina menanggapi pernyataan Raihan Diani yang menuduh hukum syariah yang ditegakkan di Aceh kini acapkali menghasilkan ketegangan saat menjadi pembicara diskusi bertema “Syariah Islam di Aceh dan Kesejahteraan Perempuan” di Jakarta belum lama ini. [Baca: Aktivis Perempuan Sebut Syariah Di Aceh Penyebab Ketegangan]
“Kesejahteraan yang bagaimana sebenarnya dimaksud oleh Raihan tersebut? Apakah kesejahteraan untuk memberikan kebebasan sebebas-bebasnya bagi orang di Aceh untuk melakukan apa saja seperti kebebasan di Negara-Negara Barat?” ujarnya dalam rilis yang dikirim ke redaksi hidayatullah.com, Senin (19/01/2015).
Menurutnya, para aktivis perempuan Aceh dinilai tidak paham tentang Islam dan syariat itu sendiri. Jika benar mereka mengerti, parti mereka paham konsep dan aturan-aturan yang ada dalam Islam, termasuk menyangkut tentang kesejahteraan bagi setiap orang.
“Jika mereka belum melaksanakan seperti beberapa pertanyaan saya di atas, berarti mereka tidak layak mengatakan bahwa syariat Islam bukan solusi untuk mensejahterakan rakyat khususnya perempuan di Aceh.”
“Tuduhan-tuduhan Raihan tersebut sangat tidak berbobot dan tidak punya solusi yang ingin disampaikan, dan saya kira Raihan dan kawan-kawannya hanya sedang mencari nama di publik, “ ujarnya.
Menurutnya, dengan menuduh syariat Islam bukan solusi di Aceh, mereka (Raihan dan aktivis perempuan, red), ingin menjadi pusat kecaman publik agar menjadi jalan pintas mencapai popularitas, khususnya meraih simpati Barat.
“Ini merupakan triknya supaya masyarakat di Aceh mengecam atas pernyataan Raihan, yang sehingga jadi pusat perhatian Barat bahwa dia sedang memperjuangkan gender Barat dan menolak syari’at Islam di Aceh,” ujarnya.
Menurutnya, aktivis perempuan yang mengecam syariat di Aceh minim dalam mempelajari UUD 1945, dan beberapa undang-undang yang menyangkut dengan kekhususan Aceh. Seharusnya jika ada pelaksanaan syariat di Aceh yang bertentangan dengan undang-undang, mereka memberikan usulan secara terperinci, bukan memberikan tuduhan yang hanya sebatas pemikiran yang kurang mendasar.
“Seharusnya mereka memberikan masukan-masukan terhadap konsep syari’at Islam kepada pemerintah Aceh bukan malah meminta syariat Islam dicabut. (sumber: hidayatullah/19/1/2015)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Museum Rasulullah di Indonesia Ditargetkan Rampung 1 Tahun
- Pria Australia Dituduh Lakukan Teror atas Pembakaran Masjid
- UI Sebut Ikatan Nasionalisme Mulai Memudar
- Mualaf Windsor Gelar Pertemuan Berkala
- Penyebaran Buku Berbau Kristenisasi di Aceh Meluas
- Baitul Mal Aceh Raih BAZNAS Award Provinsi Terbaik
- PBB: Kredibilitas Masyarakat Dunia Dipertaruhkan di Suriah
- Dianggap Hambat Komunikasi, Pelajar di Bavaria Dilarang Bercadar
- Pengungsi Korban Gempa Butuh MCK Darurat
- Vonis Bebas 32 Perusak Masjid Babri Picu Protes
-
Indeks Terbaru
- Ilmuwan Harvard, Henry Klaseen Masuk Islam
- Tolak Partisipasi Israel, Ratusan Demonstran Geruduk Kantor Penyelenggara Olimpiade Paris
- Dulu Berpikir Islam Sarang Teroris Juga Biang Poligami, Armina Kini Bersyahadat dan Mualaf
- Kisah Penyembah Api yang Mencari Hidayah dan Masuk Islam
- Hikmah Puasa Sunnah 6 Hari di Bulan Syawal
- Kebaikan Rasulullah Terhadap Musuh-Musuhnya
- Google Kembali Pecat Karyawan Gegara Demo Israel, Total Capai 50
- Aktor dan Model Belanda Donny Roelvink Masuk Islam
- Lebih dari 16.000 Madrasah di Uttar Pradesh India Ditutup
- Selamat Idul Fitri 1445 H, Mohon Maaf Lahir-Batin
Leave a Reply