Refleksi Isra’ Mi’raj, Sekjen MUI Ingatkan Pentingnya Shalat

Hari ini umat Islam memperingati Isra Mi’raj. Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anwar Abbas menjelaskan Isra’ Mi’raj adalah sebuah peristiwa suci yang dialami oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dimana, Allah subhanahu wata’ala memperjalankan Rasul pada malam hari (Isra’) dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis. Kemudian dari situ, Nabi diangkat oleh Allah subhanahu wata’ala ke langit (Mi’raj).

“Beliau lah satu-satunya manusia dan Nabi yang mengalami peristiwa tersebut dan tidak ada manusia dan Nabi lain yang mengalami hal serupa,” ujar Anwar kepada hidayatullah.com Jakarta pada Rabu (03/04/2019).

Dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, lanjutnya, banyak terjadi peristiwa penting. Tapi salah satu yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami, adalah tentang perintah shalat.

Nabi Muhammad dan umatnya, tutur Anwar, diminta oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menegakkan shalat 5 waktu -satu ibadah yang diwajibkan-Nya kepada setiap orang yang mengaku dirinya Muslim.

“Begitu pentingnya shalat tersebut sampai-sampai Nabi mengatakan bahwa shalat itu adalah tiang dari agama. Artinya siapa yang menegakkannya berarti dia menegakkan agama dan siapa yang meninggalkannya, maka sama saja artinya dia telah menghancurkan agama,” tegasnya.

Shalat sangat penting, karena memiliki dua dimensi utama, yakni dimensi hubungan manusia dengan Tuhan dan dimensi hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Ketua PP Muhammadiyah ini menjelaskan, dalam dimensi pertama, manusia diminta untuk mengingat dan mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala.

“Ini artinya manusia diminta untuk mengerti dan mengetahui tentang Tuhan dengan segala ketentuan dan keinginan serta kehendaknya yang harus kita mengerti dan pahami,” ujarnya.

Kemudian dalam dimensi kedua, tambahnya, adalah bagaimana Muslim dalam hidup dan pergaulan sehari-hari bisa menegakkan segala ketentuan-ketentuan dan keinginan-keinginan serta kehendak-Nya.

“Dengan kata lain dalam pergaulan sehari-hari, kita harus bisa melakukan apa yang disebut dengan amar ma’ruf nahi munkar,” jelasnya. “Kemauan dan keberanian kita untuk melakukan hal tersebut merupakan hasil dan atau buah dari shalat yang telah kita lakukan.” Hal ini, menurutnya merupakan salah satu tolok ukur pertama dan utama dari shalat dan tidak shalatnya seseorang.

Dengan demikian, kata dia, bila orang Islam benar-benar memahami dan menegakkan perintah shalat yang telah diwajibkan oleh Tuhan, maka kehidupan masyarakat tentu akan berjalan aman dan damai.

Dan kalau seandainya tidak aman dan damai, maka itu suatu pertanda bahwa kualitas shalatnya bermasalah. “Secara formal mungkin kita telah shalat tapi secara substansial shalat kita belum sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Tuhan. Untuk itu peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini sangat perlu untuk kita renungkan dan untuk kita ambil iktibar darinya,” pesannya. (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>