Monthly Archives: January 2013

Cindy Weber: Misionaris yang Menemukan Kebenaran Islam

Jika mualaf pada umumnya harus melalui perjuangan dan perjalanan panjang dalam menemukan Islam, lain halnya dengan Cindy Weber. Ia merasa jalan menuju Islam memang telah dipersiapkan untuknya.

“Saya hanya berpikir bahwa Tuhan ingin membimbing saya, jadi tak ada penghalang apa pun yang merintangi jalan saya menuju Islam,” ujarnya. Sejak kecil Cindy dibesarkan di Gereja Katolik. Ia dididik oleh biarawati hingga akhirnya menjadi misionaris. Tak banyak yang diceritakan Cindy bagaimana ia mempelajari Katolik dan menyebarkannya ke berbagai penjuru dunia. Yang pasti, kisah hidayah Cindy bermula saat ia bertugas di Kenya sebagai misionaris tentunya.

Shalatku Adalah Hidup dan Matiku

Pernahkah kita merenung bahwa ketika kita melaksanakan shalat fardhu maka sesungguhnya kita telah menjadi manusia yang hidup dalam hidup yang sebenarnya. Namun ketika kita meninggalkan shalat fardhu maka sesungguhnya kita telah menjadi manusia yang mati dalam hidup yang sebenarnya. Ungkapan ini bukan sekadar permainan kata-kata, akan tetapi pernahkah kita bertanya, mengapa kita diperintahkan untuk mendirikan shalat? Jawabannya adalah karena kita diciptakan oleh Allah tidak lain hanyalah untuk menjadi hamba yang selalu menyembah Allah.

Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah Aku. (QS Adz Dzaariyaat: 56).

Dari Abdul Muthalib ke Abu Thalib

Muhammad SAW semasa kecil memang mengalami gonta-ganti pengasuh sejak dirinya menjadi seorang yatim piatu. Saat dirinya berusia 8 tahun dan di bawah pengasuhan kakeknya, yakni Abdul Muthalib, kakeknya ini juga kembali ke alam baka di Mekkah dalam usia yang mencapai 110 tahun.

Tentu saja Muhammad SAW merasa berduka dengan kepergian kakeknya yang telah dengan penuh kasih sayang telah merawat dan mendidiknya dengan baik. Ia hanya bisa menangis tersedu di belakang pembaringan jasad kakeknya itu. Meski berat hati ia harus merelakan kepergian kakeknya ke alam barzah. Ia dimakamkan di pemakaman keluarga di Al-Hajun, yaitu sebuah bukit yang terletak di Mekkah.

Bukti Cinta Rasulullah SAW

Mahabbah, sebuah ungkapan kecintaan. Cinta yang muncul dari hati dan perasaan seseorang atas suatu hal. Cinta terhadap pasangan, cinta kepada orang tua, dan cinta terhadap anak, isteri, serta kerabat. Kekuatan cinta mengalahkan kebencian. Mengikis pemusuhan dan benih konflik. Begitu dahsyat arti cinta. Cinta, kata Imam Syafii, menggiring orang untuk mengikuti apa pun titah sang kekasih. Innal muhibbi lima yuhibbuhi muthi’.

Cinta itu akan lebih berharga dan berarti, kata Syekh Husain bin Qasim al-Qathis, bila ditujukan kepada Rasulullah SAW. Melalui artikelnya berjudul “Mahabbatun Nabi”, ia mengatakan, cinta terhadap Rasulullah adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Mencintai Allah SWT, maka harus dibuktikan dengan ketaatan terhadap Rasul-Nya. Cinta terhadap Rasul adalah puncak keimanan Muslim.

Nabi Ibrahim pun Beragama Islam

Kaum Yahudi mengklaim bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menganut ajaran Yahudi. Namun, dalam kitab suci Al-Quran, yang menjadi pegangan hidup orang-orang beriman, menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS memeluk Islam.

Hal itu dapat disimak dari surah Al-Baqarah ayat 131: “(Ingatlah) ketika Tuham berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserah dirilah (aslim/Islam)!’ Dia menjawab, ‘Aku berserah diri kepada Tuhan semesta alam.’