Monthly Archives: April 2023

Adzan Pikat Tiktoker Filipina Hingga Akhirnya Ucap Dua Kalimat Syahadat

Influencer TikTok yang berbasis di Dubai, Fiona James yang memiliki hampir 800 ribu pengikut di TikTok membuat pengumuman penting selama bulan suci Ramadhan. Fiona yang kini lebih suka dipanggil Zainab, resmi masuk Islam berkat bantuan teman Pakistan dan sesama Tiktoker.

Dalam sebuah acara yang diadakan di Islamic Information Center di Satwa, Zainab memeluk Islam pada pekan pertama Ramadhan. Kisah mualafnya sejak itu memicu desas-desus di media umum dan media sosial.

Dewan Sekolah di Kanada Sepakati Program Anti-Islamofobia

Otoritas sekolah di kota metropolitan terbesar Kanada, Toronto, secara bulat menyepakati program melawan Islamofobia dan kebencian anti-Muslim. “Kami telah mendengar langsung dari komunitas kami dan memiliki data untuk menunjukkan bahwa Islamofobia terus berdampak pada siswa dan staf kami secara teratur,” kata Ketua Dewan Sekolah Distrik Toronto (TDSB) Rachel Chernos Lin dalam sebuah pernyataan.

“Dengan mengambil pendekatan terfokus untuk menghadapi Islamofobia, kami memungkinkan lebih banyak anggota komunitas sekolah kami merasa aman dan diterima di sekolah dan tempat kerja, ” tambahnya dikutip DailySabah.

Terpikat Makna 2 Surat Alquran, Mualaf Nathalia: Saya Temukan Konsistensi dalam Islam

Nathalia Costa menceritakan, dirinya adalah seorang perempuan keturunan Brasil-Amerika. Sejak Desember 2016 lalu, ia memutuskan untuk menjadi Muslim. Sebelumnya, gaadis berkaca mata ini adalah pemeluk Katolik.

Perpindahannya ke Islam terjadi tidak secara tiba-tiba. Ada proses yang cukup panjang hingga akhirnya hati dan pikirannya mantap memilih agama tauhid. Perkenalannya dengan Islam pun dimulai setelah dirinya beralih dari satu gereja ke gereja lainnya.

Dari Katolik, Nathalia saat itu menjadi pengikut Presbiterian. Tidak puas, dirinya lalu beralih ke aliran Baptis hingga Kristen Masehi Advent Hari Ketujuh. Yang membuatnya terus mencari adalah dorongan untuk menemukan kebenaran.

“Ibu saya bilang, kamu tidak tahu, tetapi apa pun yang kaurasakan dalam hati sebagai yang benar, maka itulah kebenaran,” ujar Nathalia Costa menirukan penutusan ibunya, seperti dilansir dari KALW, baru-baru ini.

Selanjutnya, ia saat itu mencoba beralih ke kepercayaan di luar Nasrani. Bahkan, petualangan dalam hidupnya pun dimulai. Dengan penuh keyakinan, dirinya memutuskan untuk merantau ke luar negeri. Sebuah tawaran datang kepadanya, yakni menjadi pengajar bahasa Inggris di Istanbul Turki.

Selama di kota penghubung dua benua tersebut, Nathalia terus mempertanyakan keimanannya. Walaupun orang-orang Turki kebanyakan Muslim, dirinya belum begitu tertarik untuk mengenal Islam hingga saat itu. Ia masih tertarik pada ajaran Buddha.

Namun, lagi-lagi Nathalia merasa tidak pasti. Konsep ketuhanan dalam agama ini belum begitu meyakinkannya. Sementara, pergaulannya sehari-hari semakin banyak interaksi dengan orang-orang Islam. Beberapa dari mereka bahkan menjadi sahabat terdekatnya.

Maka, ia pun mulai serius mempelajari ajaran Islam. Sejauh yang diketahuinya hingga saat itu, agama tersebut sering dikaitkan dengan radikalisme atau terorisme. Kejadian 9/11 menyebabkan stigma atas Muslimin, khususnya di Amerika Serikat.

Kini, ia sedang bermukim jauh dari Amerika. Budaya di Turki sangat berbeda dengan Amerika Serikat. Suara azan berkumandang mengisi langit tiap lima waktu dalam sehari.

Masjid-masjid pun jamak ditemui di tiap sudut kota. Para perempuan Muslim menutup rambut mereka dengan kerudung serta mengenakan pakaian longgar. Semua hal itu sangat jarang dijumpainya di negeri asal.

Diakuinya, rutinitas sehari-hari di Istanbul membuatnya semakin tenggelam dalam budaya Islam. Namun, itu justru membuat hati dan pikirannya tenang. Sebab, Nathalia melihat pada kebanyakan kawan-kawannya yang Muslim, hidup mereka seperti sudah terarah jelas.

Suatu hari, seorang temannya meminjamkan terjemahan Alquran dan bukubuku lain tentang Islam kepadanya. Perempuan ini menerima semua itu dengan terima kasih. Setiap hari, bahan bacaan itu dicernanya dengan penuh perhatian.

Ia menemukan, konsep ketuhanan dalam Islam sangat sederhana. Dan, justru ka rena itulah konsep tersebut begitu diterima akal logika. Allah SWT adalah Tuhan. Allah SWT tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Maka, tidak ada itu penambahan atau status lain bagi Tuhan, semisal anak, bapak dan sebagainya.

Barulah Nathalia mengetahui tentang tauhid. Selain itu, ia mendapatkan pencerahan tentang kedudukan nabi-nabi dalam Islam. Agama ini mengakui kenabian Isa (Yesus) dan Musa. Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah kitab terakhir yang diturunkan Allah.

Sebuah ayat dalam surah az-Zukhruf menyentuh hati perempuan ini. Arti ayat tersebut, “Dan jika engkau bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan mereka’, niscaya mereka menjawab, ‘Allah,’ jadi bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah).” Firman suci itu seolah-olah mengajak pembacanya untuk merenung, melakukan pencarian Tuhan yang benar.

Lalu, surah lainnya adalah al-Ikhlash. Melalui surah tersebut, ditegaskan bahwa Allah SWT adalah Tuhan pencipta alam dunia. Dia tidak memiliki anak dan tidak dilahirkan. Allah itu satu.

“Saya belajar lebih banyak tentang itu (tauhid), dan saya pun akhirnya menemukan kebenaran dalam Islam. Saya menemukan banyak konsistensi di dalam ajarannya,” ujar Nathalia Costa.

Dari interaksi dengan kawan-kawan Muslimnya, ia pun mulai tertarik untuk mengenal riwayat kehidupan Nabi Muhammad SAW. Sebab, tidak mungkin memahami ajaran Islam tanpa mengetahui sifat-sifat pembawa risalahnya.

Berbagai buku biografi Rasulullah SAW diselaminya. Ternyata, banyak asumsi-asumsi yang keliru tentang sosok ini. Kisah-kisah teladan beliau pun membuat Nathalia semakin bulat untuk sampai pada keputusan memeluk Islam.

Maka, selang beberapa waktu sebelum kembali ke Amerika Serikat dirinya telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Persaksian itu menegaskan bahwa ia mengakui, tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Resmi sudah perempuan tersebut menjadi seorang Muslim.

Sebagai mualaf, ia ingin menjalankan kewajiban agama dengan sebaik-baiknya. Dimulai dari caranya berbusana. Nathalia mengaku, dirinya langsung memakai hijab begitu memutuskan menjadi Muslim. Ia ingat, kawan-kawannya di Istanbul menolongnya untuk mencarikan jilbab yang pas dan bagus untuknya.

Kembali ke tanah airnya, Nathalia men dapatkan profesi pengajar. Ia memiliki penghasilan sendiri sehingga bisa cukup mapan. Namun, diakuinya hidup sebagai seorang Muslim di Amerika Serikat membuatnya agak terisolasi.

Maka begitu menemukan forum berbagi (sharing session) di Santa Klara, Kalifornia, ini, seperti sebuah oasis baginya. Ia mengaku senang bisa membagikan pengalaman dan kegelisahannya sebagai mualaf.(sumber ROL)

Otoritas Pendidikan India Hapus Sejarah Kekaisaran Muslim dari Buku Pelajaran Sekolah

Otoritas pendidikan India menghapus satu bab tentang penguasa Muslim Mughal dan bab yang merujuk kepada pembantaian Gujarat 2002 dari buku pelajaran sekolah.

Penghapusan tersebut dilakukan oleh Dewan Nasional dan Pelatihan Pendidikan (NCERT), yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, dalam satu set buku pelajaran baru untuk anak-anak yang mengikuti ujian di bawah Dewan Pusat Pendidikan Menengah yang dikelola pemerintah. Bab yang dihapus muncul di buku pelajaran Kelas 12: Raja dan Tawarikh: Pengadilan Mughal.

Ngotot Cari Ayat Setan yang Dituduhkan dalam Alquran, Mualaf Bobby Justru Bersyahadat

Bobby Risto (30 tahun) merupakan pria kelahiran Jerman. Dia merupakan seorang keturunan Makedonia Utara. Dahulu Makedonia Utara masih di bawah negara Yugoslavia. Dan nenek moyangnya pernah menjadi budak nazi yang menganut komunisme.

Sebelumnya mereka menganut agama kristen orthodoks, sehingga mereka diam-diam melakukan pembaptisan karena agama lain dilarang saat itu. Meski beragama, Bobby mengaku dalam podcast youtubenya bersama Jan yang juga seorang mualaf asal Slovakia @jantheslovakmuslim bahwa dia tidak benar-benar menjalankan ajaran agamanya. Hal ini karena keluarganya menganut sekulerisme.