Kelompok Anti-Muslim di AS Meningkat Tiga Kali Lipat
Laporan terbaru Southern Poverty Law Center (SPLC) mengatakan, jumlah kelompok sentimen anti-Muslim Amerika Serikat (AS) naik tiga kali lipat pada 2016.
Organisasi non-profit yang melacak keberadaan kelompok seperti ini mengatakan, peningkatan ini juga disebabkan karena keberadaaan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Menurut data SPLC, ada 34 kelompok sentimen anti Muslim di AS pada 2015 kemudian meningkat menjadi 101 kelompok di tahun 2016. Angka tersebut naik 197 persen dari tahun sebelumnya.
Laporan juga menunjukkan jumlah kelompok kebencian keseluruhan juga meningkat menjadi 917 tahun lalu dari 892 tahun sebelumnya, kata laporan itu. Kelompok kebencian ini masih aktif di AS, dari Ku Klux Klan sampai organisasi Neo-Nazi. Angka itu 3 persen lebih tinggi dari 2015, menurut SPLC, namun masih lebih rendah dari 2011 dengan 1.081 kelompok kebencian.
“Kebencian anti-Muslim telah berkembang pesat selama lebih dari dua tahun. Hal ini didorong oleh serangan Islam radikal termasuk penyerangan pada klub malam di Orlando. Propaganda yang tidak ada henti-hentinya dan ditambah lagi retorika Donald Trump serta banyak lagi,” ujar perwakilan SPLC, Mark Potok seperti dilansir huffingtonpost.com, Rabu, (15/2/2017).
SPLC juga mengatakan beberapa pejabat senior Gedung Putih seperti Steve Bannon, Steven Miller, dan Kellyanne Conway bahkan termasuk pemegang teguh “ideologi anti-Muslim“.
“Kepergian Michael Flynn tampaknya tidak akan mengurangi serangan gencar yang diarahkan kepada Muslim Amerika,” tambah Potok, merujuk pada mantan penasihat keamanan nasional AS yang mengundurkan diri beberapa hari lalu. Flynn pernah membuat sejumlah pernyataan anti-Islam, termasuk mengatakan di Twitter bahwa “rasa takut terhadap Muslim rasional.”
Mark Potok, Direktur Intelligence Project for the Southern Poverty Law Center, kelompok ini, menganggap Islam sebagai ideologi politik yang jahat dan bukan merupakan agama. Hal itu terkait banyaknya sanksi kekerasan yang sering diberikan. Kelompok Anti Muslim juga percaya bahwa umat Islam mencoba untuk mengganti hukum di Amerika dan Eropa dengan hukum syariah.
Pengaruh kelompok kebencian Anti Muslim ini tampak jelas selama kampanye Trump. Ditambah lagi adanya kebijakan eksekutif Trump yang melarang Muslim dari negara mayoritas Muslim setelah ia resmi menjabat sebagai Presiden AS.
Dalam politik nasional, menurut Mark Potok, kelompok-kelompok Anti-Muslim ini memperoleh dana dari organisasi radikal yang ada. Mereka menerima jutaan dolar untuk pendanaan dalam beberapa tahun terakhir agar dapat menjajakan ketakutan dan informasi yang salah tentang Islam dan Muslim. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Harga Daging Sapi Tetap Mahal, Pengaruh Operasi Pasar tidak Terasa
- RS Wakaf Khusus Mata Pertama Berdiri di Serang, Diresmikan Sabtu
- Di Jeddah, Sembilan Wanita Mualaf Bercerita Tentang Perjalannya Menuju Islam
- Iran Diduga Bantu Houthi Tembakan Rudal Balistik ke Makkah
- Polisi Gerebek Pesta Homoseks di Harmoni, Komnas HAM Mengapresiasi
- Pemilu Jerman: Merkel Pertahankan Jabatan, Partai Anti Islam Dapat Kursi
- Mufti Rusia: Muslim Moskow Perlu Tambahan Masjid
- Anies Kembali Tutup 3 Tempat Maksiat di Pondok Indah
- Shalat Ajarkan Kedisiplinan
- MUI Mengaku Selama Ini Belum Pernah Bahas Fatwa Ucapkan ‘Selamat Natal’
-
Indeks Terbaru
- Ilmuwan Harvard, Henry Klaseen Masuk Islam
- Tolak Partisipasi Israel, Ratusan Demonstran Geruduk Kantor Penyelenggara Olimpiade Paris
- Dulu Berpikir Islam Sarang Teroris Juga Biang Poligami, Armina Kini Bersyahadat dan Mualaf
- Kisah Penyembah Api yang Mencari Hidayah dan Masuk Islam
- Hikmah Puasa Sunnah 6 Hari di Bulan Syawal
- Kebaikan Rasulullah Terhadap Musuh-Musuhnya
- Google Kembali Pecat Karyawan Gegara Demo Israel, Total Capai 50
- Aktor dan Model Belanda Donny Roelvink Masuk Islam
- Lebih dari 16.000 Madrasah di Uttar Pradesh India Ditutup
- Selamat Idul Fitri 1445 H, Mohon Maaf Lahir-Batin
Leave a Reply