Bagaimana Menyikapi Perlakuan “Tak Adil” dari Orang tua?

Saya punya orang tua yang tidak adil dalam memberikan apapun. Apa hukumnya dalam Islam? Apa salah kalau saya protes? Saya minta saya dihilangkan sebagai anak kalau orang tua tidak adil.  Apa yang saya harus perbuat kalau seperti itu?

Deni

Saudara Deni,

Jika dicermati dari “curhatan” Anda yang sangat singkat itu, memang agak kesulitan kami menjawabnya. Artinya, Anda sebaiknya membeberkan secara faktual dan riil ketika Anda menyebut kata “tidak adil”, misalnya. Tidak adil yang ditunjukkan oleh orang tua Anda itu contohnya seperti apa? Misalnya, ketika Anda minta dibelikan sepeda motor, lantas orang tua Anda tak mengabulkannya, kemudian Anda menyebutnya ini sebagai sikap yang tak adil orang tua Anda karena kakak Anda sudah dibelikan motor sebelumnya. Ini hanya untuk memudahkan kami dalam merangkai jawaban atau tanggapan.

Dalam aktivitas hidup sehari-hari ketika berinteraksi dengan kedua orang tua, memang setiap diri kita memiliki pengalaman yang beraneka macam. Pasti kita punya pengalaman demikian. Dari interaksi kita (sebagai anak) dengan orang tua akan muncullah penilaian-penilaian kita kepada keduanya.

Ada di antara kita yang menilai ibu mudah mengabulkan permintaan kita. Kita minta ini, atau minta itu, begitu mudahnya dikabulkan. Namun, ayah kita sedikit berbeda. Beliau tak mudah mengabulkan permintaan kita. Ini semua juga hanya contoh yang dapat kita amati, baik mengamati diri kita maupun orang lain.

Nah, Saudara Deni mesti mendudukkan persoalan yang Anda anggap ini sebagai “masalah”, yaitu orang tua (hanya ayah atau ibu, atau keduanya?) yang “tak adil dalam memberikan apapun”. Kami memberikan saran Anda untuk, pertama, Anda kenali secara baik latar belakang keluarga dari kedua orang tua Anda (termasuk kedudukan dalam masyarakat, pendidikannya, dsb.).

Kedua, cermati kondisi ekonomi kedua orang tua Anda. Apakah keduanya sama-sama bekerja dan punya penghasilan tetap, atau salah satu saja yang bekerja. Jika keduanya bekerja, apakah orang tua Anda memiliki tanggungan keluarga (terutama anak) yang sedikit atau banyak. Banyaknya tanggungan keluarga umumnya mempengaruhi pertimbangan orang tua dalam mengambil kebijakan. Orang tua yang memiliki 2 anak dengan kondisi keduanya bekerja, akan berbeda jika keduanya memiliki 5 anak. Iya, kan?

Sekarang masalahnya dikembalikan lagi ke Saudara Deni. Bagaimana kondisi ekonomi kedua orang tua (jika orang tua masih lengkap) Anda? Berapa jumlah tanggungan keluarga yang mesti di-handle setiap bulan?

Ketiga, kadang kita mendapati orang tua kita yang keduanya memiliki gaya hidup yang sama, misalnya suka berbelanja (shopping) jika mendapat rejeki berlebih. Ada juga kedua orang tua kita maunya hidup hemat. Ada juga yang salah satu dari orang tua kita “hobi” hidup glamour, sedangkan satunya lagi berseberangan. Demikian banyak contohnya.

Anda boleh mengajukan “protes” atau keberatan seandainya orang tua (salah satu atau keduanya?) Anda nilai tidak adil dalam merespons permintaan Anda. Namun, jika yang Anda pegang adalah agama (Islam), maka kata “adil” itu harus diletakkan atau disesuaikan dengan apa yang digariskan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Adil dalam literatur Islam bermakna “memutuskan perkara sesuai dengan ketentuan Allah Ta’ala dalam al-Quran dan ketentuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah, bukan hanya sekedar bergantung kepada akal manusia semata.

Adil juga didefinisikan sebagai sikap pertengahan antara meremehkan dan berlebih-lebihan dalam suatu perkara. Imam al-Mawardi dalam kitabnya “Adab ad-Dunya wa ad-Diin” menyebutkan, “Sesungguhnya di antara perkara yang dapat membuat baik keadaan dunia ini adalah keadilan yang menyeluruh dan mencakup semua sisi kehidupan. Keadilan akan mengajak manusia untuk berbuat baik terhadap sesama, membangkitkan semangat untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dengan keadilan, dunia akan dipenuhi dengan kemakmuran, harta benda akan berkembang dan bertambah banyak, penguasa akan merasa aman dan pemerintahannya akan berumur panjang. Tidak ada sesuatu yang lebih cepat menghancurkan dunia dan merusak serta mengotori hati-hati manusia daripada kezhaliman yang merupakan lawan dari keadilan.”

Menegakkan keadilan, bagi orang beriman serta menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim, termasuk kewajiban yang paling utama. Sebab Allah SWT memerintahkan setiap muslim untuk berlaku adil, sebagaimana firman-Nya, yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat.” (QS. an-Nahl: 90)

Allah SWT juga mengabarkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat adil dalam firmanNya: “Dan berlaku adillah; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Hujurat: 9)

Demikian pula Allah SWT  memerintahkan kita untuk berbuat adil, baik dalam perkataan maupun menetapkan hukum. Firman-Nya: “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)” (QS. al-An’am: 152)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS.an-Nisa’: 58)

Oleh karena itu, baik Anda maupun orang tua Anda, haruslah selalu berusaha untuk dapat berbuat adil dalam perkataan maupun dalam perkara hukum. Hal ini akan mudah disepakati jika Anda dan orang tua berkomitmen menjalankan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah demikian maka prinsip Islam yang menjunjung keadilan akan berdampak pada kebijakan dan sikap yang tidak mendholimi satu sama lainnya.

Orang tua dalam pandangan Islam

Berbakti kepada orang tua menjadi perhatian dalam agama Islam (dinul Islam). Hal ini mengingat tak seorang pun yang hadir ke dunia ini kecuali karena adanya orang tua (suami-isteri). Ibu kita telah dengan susah payahnya selama rata-rata 9 bulan, 10 hari, mengandung kita semasa di alam rahim.

Belum lagi kedua orang tua kita telah membesarkan kita dengan penuh suka dan duka. Kita selagi masih kecil kadang “tak mau mengerti” minta ini minta itu tanpa melihat dan merasakan bahwa orang tua kita sedang tidak memiliki uang untuk membelikan barang yang kita inginkan. Itulah sekelumit masa kecil kita.

Nah, karena kebaikan orang tua kita itulah, Allah SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Penyayang, mewajibkan setiap insan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Bagaimanapun orang tua tetap kita hormati selagi keduanya tidak memerintahkan kita untuk melanggar syariat Allah. Misalnya, orang tua yang murtad dan mengajak kita ikut agama non-Islam, maka kita wajib tidak menaatinya. Meskipun demikian, penolakan itu, dalam ajaran Islam tetap disampaikan dengan cara yang baik dan tepat.

Hal itu sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku (Allah SWT) sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.[Luqmân/31:15].

Bagaimana cara berbakti kepada kedua orang tua kita? Caranya adalah dengan mencurahkan kebaikan, baik dengan perkataan, perbuatan, ataupun harta.  Berbuat baik dengan perkataan, yaitu kita bertutur kata kepada keduanya dengan lemah lembut, menggunakan kata-kata yang baik dan menunjukan kelembutan serta penghormatan.
Berbuat baik dengan perbuatan yaitu melayani keduanya dengan tenaga yang mampu kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, membantu dan mempermudah urusan-urusan keduanya. Tentu, tanpa membahayakan agama ataupun dunia kita.

Allah Maha Mengetahui segala hal yang sekiranya membahayakan. Sehingga kita jangan berpura-pura mengatakan sesuatu itu berbahaya bagi diri kita padahal tidak, sehingga kitapun berbuat durhaka kepada keduanya dalam hal itu.

Berbuat baik dengan harta, yaitu dengan memberikan setiap yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh keduanya, berbuat baik, berlapang dada dan tidak mengungkit-ungkit pemberian sehingga menyakiti perasaan orang tua.

Berbakti kepada kedua orang tua tidak hanya dilakukan tatkala keduanya masih hidup. Namun tetap dilakukan manakala keduanya telah meninggal dunia. Ada sebuah kisah, yaitu seseorang dari Bani Salamah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا

“Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal?” Beliau menjawab,”Ya, dengan mendoakannya, memintakan ampun untuknya, melaksanakan janjinya (wasiat), menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali melalui jalan mereka berdua, dan memuliakan teman-temannya”. [HR Abu Dawud].

Demikian jawaban yang dapat kami berikan, khususnya kepada Saudara Deni. Kami kira jika Anda memahami persoalan yang sekarang Anda hadapi, Anda akan bersikap bijak saat berinteraksi dengan orang tua Anda. Semoga demikian. Amin. Wallahu a’alam.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>