Anggota Dewan Kemanan Nasional AS Beragama Islam Mengundurkan Diri
Mantan Anggota Dewan Keamanan Nasional (NSC) dan penasihat keamanan era Presiden Obama yang beragama Islam, Rumana Ahmed menyatakan mengundurkan diri setelah delapan hari bekerja di White House (Gedung Putih) bersama Donald Trump.
Dia mengatakan kebijakan larangan masuk Amerika Serikat (AS) bagi warga tujuh negara mayoritas Muslim sebagai faktor utama pengunduran dirinya.
“Saya sadar saya tak bisa bekerja lebih lama di bawah pemerintahan yang menilai saya dan orang seperti saya bukan sebagai rakyat tetapi sebagai ancaman,” katanya. “Rencana pemerintah merevisi program Melawan Ekstremisme Kekerasan agar hanya fokus pada umat Muslim dan menggunakan istilah-istilah seperti ‘teror Islam radikal’, melegitimasi propaganda ISIS dan membuat ekstremisme supremasi kulit putih yang berbahaya meningkat,” kutip The Atlantic, Kamis (23/02/2017).
Rumana Ahmed memulai bekerja di Gedung Putih sejak 2008 dan memutuskan tetap mengabdi di era Donald Trump dengan harapan dapat memberikan “pandangan bernuansa lebih Islami dan pandangan Muslim Amerika kepada presiden baru dan para pembantunya”.
“Seperti Muslim Amerika lainnya, saya menyaksikan Trump dengan penuh ketakutan sepanjang 2016 saat dirinya menjelek-jelekkan komunitas kami. Meskipun begitu, atau mungkin karena itulah, saya merasa harus bertahan di NSC pada pemerintahan Trump,” tulis Ahmed dalam artikel berjudul “I Was a Muslim in Trump’s White House” di The Atlantic hari Kamis.
Rupanya, Rumana hanya mampu bertahan delapan hari saja, tepatnya sampai pada tanggal 27 Januari 2017, saat Donal Trump menandatangani perintah yang melarang warga 7 Negara Muslim (Iraq, Iran, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman) masuk AS selama setidaknya 90 hari.
Rumana Ahmad adalah anak seorang imigran Bangladesh. Diterima bekerja di White House tahun 2008 setelah lulus dari George Washington University. Dia pertama kali bekerja sebagai karyawan magang di Gedung Putih pada 2008 di bagian korespondensi kepresidenan. Lalu dipromosikan menjadi staf di kantor urusan keterlibatan publik, masih di lingkungan Gedung Putih. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- Septic Tank Jadi Kuburan Massal Anak, Gereja Katolik Irlandia Dihujani Kecaman
- Seribu Masjid di Jerman Dibuka untuk Umum
- Hari Natal di Swedia Diwarnai Insiden Pembakaran Sebuah Masjid
- Di London Liga Muslim Dunia Bahas Peran Islamic Center
- Baru Diduga Akan Lakukan Penyerangan, Pengadilan Zionis Bui Remaja Palestina 10 Tahun Penjara
- SNH: Penggunaan Bendera Israel di Tolikara Melanggar Hukum
- 17 Pengungsi Suriah di Libanon Membeku Hingga Tewas
- MUI Sangat Mendukung Kebijakan Anies Tutup Total Alexis
- PKI Muncul lagi Lewat Buku, Pengamat Ajak Awasi Menu Bacaan Generasi Muda
- Diam-Diam Trump Dorong Negara-Negara Kawasan Bentuk ‘NATO Arab’
-
Indeks Terbaru
- China Tangkapi Warga Muslim Hui yang Tolak Penghancuran Masjid
- Dari Benci Jadi Cinta Islam
- OKI Adakan Pertemuan Darurat Membahas Sudan, Militer Setuju Gencatan Senjata Seminggu
- Yusuf Masuk Islam Setelah Temukan Alquran di Stadion Old Trafford
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Viral Video Protes Suara Bising di Masjid, Kakek Australia Ini Malah Masuk Islam
- Pelaku Penembakan Kantor MUI Tewas, Sebelumnya Incar Ketua Umum dan Mengaku Nabi
- Mualaf Fano, Dulu Benci dan Caci Maki Adzan Tapi Kini Malah Merindukan Kemerduannya
- Kantor MUI Ditembak, Sejumlah Staf Jadi Korban
- Terpikat Makna 2 Surat Alquran, Mualaf Nathalia: Saya Temukan Konsistensi dalam Islam
Leave a Reply