Seluruh Uskup Chile Ajukan Pengunduran Diri Menyusul Skandal Seks Gereja

Uskup-uskup di Chile mengajukan pengunduran diri massal menyusul tuduhan penyembunyian kasus-kasus skandal seks yang telah mencemarkan Gereja Katolik di negara itu.

Tiga puluh satu uskup aktif dan tiga uskup pensiunan menandatangani surat pengunduran diri itu hari Jumat (18/5/2018), lapor The Guardian. “Kami telah menyerahkan jabatan kami ke tangan Bapa Suci dan membiarkannya memberikan putusan secara bebas atas masing-masing dari kami,” kata mereka. “Kami ingin meminta maaf atas derita yang dialami para korban, kepada paus, kepada hamba-hamba Tuhan dan kepada negara kami atas seriusnya kesalahan dan kelalaian yang telah kami lakukan.”

Belum ada tanda-tanda apakah paus akan menerima pengunduran diri mereka.

Langkah itu diambil para uskup setelah Paus Fransiskus mengatakan bahwa hirarki gereja katolik di Chile secara kolektif bertanggung jawab atas kesalahan besar dalam menangani kasus-kasus pelanggaran seksual yang mengakibatkan lunturnya kepercayaan umat terhadap gereja.

Paus Fransiskus menuding pejabat-pejabat gereja di Chile memusnahkan bukti-bukti kejahatan seksual yang terjadi, menekan pihak penyidik agar tidak serius menangani laporan yang masuk, serta menunjukkan kelalaian besar dalam melindungi anak-anak dari tangan-tangan cabul para pendeta pedofil.

“Tak seorang pun yang dapat mengecualikan dirinya dan meletakkan masalah itu ke pundak orang lain,” kata Paus Fransiskus dalam sebuah surat yang ditujukan kepada para uskup tersebut.

Fransiskus memanggil para uskup itu untuk menghadiri pertemuan darurat selama tiga hari di Roma, setelah dia terpaksa mengakui bahwa dirinya melakukan kesalahan besar dalam menangani kasus Juan Barros, seorang uskup Chile yang dituduh menutu-nutupi kasus pelanggaran seksual yang dilakukan pendeta Fernando Karadima dari tahun 1980-an hingga 1990-an.

Para korban dan pendukungnya menuding Karadima, dan rekan-rekannya yang lain, melakukan kejahatan seksual dan bahwa pejabat-pejabat senior gereja kala itu mengetahui perbuatan mereka dan bahkan menyaksikan apa yang terjadi, tetapi justru menutup-nutupinya.

Karadima, yang kini berusia 87 tahun dan tinggal di sebuah panti jompo di Chile, selalu membantah tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepadanya. Sementara Barros, junior Karadima yang dari tahun ke tahun semakin cemerlang karirnya di gereja, mengaku tidak mengetahui sama sekali perihal pelanggaran seksual itu.

Paus Fransiskus secara tegas membela Barros saat berkunjung ke Chile pada bulan Januari lalu. Tidak hanya itu, Paus Fransiskus bahkan mengatakan orang-orang yang menuduh Karadima sebagai tukang fitnah. “Tak ada satupun bukti yang memberatkan [Barros]. Itu fitnah,” tegas Fransiskus.

Mendengar komentar Paus Fransiskus itu, kontan umat Katolik di Chile dan di belahan dunia lain terkejut. Komentar pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu dinilai justru sangat merusak citranya sendiri. Orang pun lantas ramai mempertanyakan keseriusannya dalam menangani kasus-kasus pelanggaran seksual di lingkungan gereja.

Mendapat reaksi keras dari warga Katolik Chile –yang menggelar banyak unjuk rasa menyusul komentar yang diutarakannya itu, Fransiskus lantas mengirimkan dua pakar dari Vatikan guna menyelidiki tudingan-tudingan seputar Barros, serta tuduhan bahwa gereja Chile menutup-nutupi kasus-kasus tersebut selama bertahun-tahun. Kedua pakar itu di akhir tugasnya menyerahkan laporan setebal 2.300 halaman.

Dalam laporan itu terungkap antara lain bahwa pendeta-pendeta yang dituduh melakukan pelanggaran seksual memang dipindahtugaskan, tetapi mereka kemudian ditampung di tempat lain dan diberi tugas yang sehari-hari berhubungan langsung dengan anak-anak.

Setelah membaca laporan tersebut, Paus Fransiskus mengaku sangat terkejut, bingung dan malu.

Guna mengurangi dampak buruk akibat komentar pembelaannya terhadap Barros bulan Januari silam, Paus Fransiskus kemudian menggelar pertemuan dengan tiga korban kebejatan pendeta dari Chile di rumah dinasnya di Vatikan, Casa Santa Marta. Dalam pertemuan itu Paus Fransiskus meminta maaf. (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>