Makna “Iyyakana’budu wa iyyakanas ta’in” dalam Shalat

Allah SWT memerintahkan kita membaca kalimat ini dalam shalat: “Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Maksudnya, kami mengkhususkan kepada diri-Mu dalam beribadah, berdoa dan memohon pertolongan. Para ulama dan pakar di bidang bahasa Arab mengatakan, didahulukannya maf’ul bih (objek) “ Iyyaaka “ atas fi’il (kata kerja) “na’budu wa nasta’in” dimaksudkan agar ibadah dan memohon pertolongan tersebut dikhususkan hanya kepada Allah SWT semata, tidak kepada selain-Nya.

Ayat Al-Qur’an ini dibaca berulang-ulang oleh setiap muslim, baik dalam shalat maupun di luarnya. Ayat ini merupakan ikhtisar dan intisari surah al-Fatihah yang merupakan ikhtisar dan intisari Al-Qur’an secara keseluruhan.

Ibadah yang dimaksud oleh ayat ini adalah ibadah dalam arti yang luas, termasuk di dalamnya shalat, nazar, menyembelih hewan kurban, juga doa. Karena Rasulullah SAAW bersabda, “Doa adalah ibadah.” (HR At-Tirmidzi)

Sebagaimana shalat adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada rasul atau wali, demikian pula halnya dengan doa. Ia adalah ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah semata. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun denganNya.’” (QS. Al-Jin: 20)

Rasulullah SAW bersabda, “Doa yang dibaca oleh Nabi Dzin Nun (Yunus) ketika berada dalam perut ikan adalah, ‘Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.’ Tidaklah seorang muslim berdoa dengannya untuk (meminta) sesuatu apapun, kecuali Allah akan mengabulkan padanya.”

Nabi SAW bersabda, “Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika eng-kau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan Kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi)

Imam Nawawi dan Al-Haitami telah memberikan penjelasan terhadap makna hadits ini, secara ringkas penjelasan tersebut sebagai berikut, “Jika engkau memohon pertolongan atas suatu urusan, baik urusan dunia maupun akhirat maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Apalagi dalam urusan-urusan yang tak seorang pun kuasa atasnya selain Allah. Seperti menyembuhkan penyakit, mencari rezeki dan petunjuk. Hal-hal tersebut merupakan perkara yang khusus Allah sendiri yang kuasa.”

Allah SWT berfirman, “Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri.” (QS. Al-An’am: 17)

Barangsiapa menginginkan hujjah (argumentasi/dalil) maka cukup baginya Al-Qur’an, barangsiapa menginginkan seorang penolong maka cukup baginya Allah SWT, barangsiapa menginginkan seorang penasihat maka cukup baginya kematian. Barangsiapa merasa belum cukup dengan hal-hal tersebut maka cukup neraka baginya. Allah Ta’ala berfirman, “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya?” (QS. Az-Zumar: 36)

Anda yang membacanya saat shalat dan dalam keadaan bagaimana pun, hendaknya meresapi makna kalimat iyyakana’budu waiyyakanasta’in dengan saksama. Rasakan bahwa hanya kepada-Nyalah kita menyembah dan memohon pertolongan. Bila kita implementasikan, niscaya kita akan terjaga dari syirik. Aqidah kita akan kuat seperti akar pohon yang menghujam ke bumi. Wallahu’alam. (w-islam.com/berbagai sumber)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>