Para Dai Muda Ajak Praktikkan Indahnya Berislam dan Persatuan Umat

Para dai dai muda Indonesia yang hadir di acara Muslim United dengan tema, “Islam itu Mudah, Islam itu Indah, Jatuh Cinta di Jalan Islam” menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat yang hadir di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.

Empat pembicara diberikan waktu kurang lebih 5 menit untuk menyampaikan materinya. Pembicara pertama, adalah penulis buku Bersama di Jalan Dakwah, Salim A Fillah berpesan tentang pentingnya persatuan.“Kita bukan 350 tahun dijajah, tapi 350 tahun berjihad melawan penjajahan,” ujar da’i muda asala Jogjakarta ini.

Ia menjelaskan, yang namanya penjajahan itu berakhir dengan musnahnya peradaban. Seperti yang dialami bangsa indian, jumlah yang semula diperkirakan sejarawan 80-100 juta, semua musnah.

Begitu juga terjadi pada bangsa Aborigin di Australia. Jumlah yang diperkirakan sejarawan antara 8-20 juta. Sekarang hanya bersisa 50 ribu yang kemudian sekarang seperti satwa yang dilindungi.

“Begitu ganas sekali imprealis Barat menghancurkan peradaban manusia,” ujar Salim menyimpulkan.

Dai muda yang memiliki ratusan ribu follower ini menjelaskan bahwa tidak ada bangsa yang bisa menyatukan begitu banyak suku, bahasa dan budaya selain Indonesia.

Penulis buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan merasa bersyukur, bangga sekaligus takjub melihat antusias peserta dari berbagai daerah dengan berbagai usaha untuk datang ke acara ini.

“Tidak ada yang mengikat hati kita segreget ini. Kita digregetkan sama Allah untuk dipertautkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, untuk memplokamirkan bahwa kamu saudaraku.”

“Kita sudah bersatu, sesudah ini kita pulang pun bukan berpisah tapi meluaskan lingkaran ini untuk menginspirasi Indonesia dan dunia InsyaaAllah,” ujar Salim A. Fillah.

Pengunjung acara ini bahkan datang dari luar kota [@muslimunited]
Di sesi lain, Steven Indra Wibowo juga menceritakan perjalanannya melihat keindahan Islam.

“Saya melihat keindahan Islam, karena Allah memberikan apa yang saya butuhkan sebelum saya meminta kepadaNya. Saya sudah merasakan yang orang bilang mustahil, tapi saya bisa buktikan.” ujar pendiri Muallaf Center Indonesia ini.

Steven menceritakan bagaimana ia 12 tahun setelah menjadi muallaf baru bisa mendapatkan dukungan dari orang tuanya.

Sementara Felix Y. Siauw dalam satu sesinya juga berpesan tentang persatuan umat Islam.

“Antum datang karena iman. Kita datang bukan karena orang, bukan karena acara. Tapi karena gagasan untuk bersama.”

“Ruh Indonesia adalah Islam, maka jika kita bersatu atas dasar Islam maka kita bisa menjadi ruh kebangkitan bagi Islam dunia dan ini sudah saatnyam,” ujar penulis buku Muhammad Al-Fatih 1453 ini.

Di sesi akhir acara yang dibawakan oleh Cahyo Ahmad Irsyad juga mengadakan lelang lukisan. Semua hasil lukisan akan disumbangkan kepada saudara-saudara Muslim Indonesia yang sedang terkena bencana.

Acara yang digagas Muslim United dengan mengusung tema utama “Lelah Berpisah, Mari Berjamaah” ini dihadiri banyak pengunjung, bahkan datang dari luar kota. Di antaranya Nahdi, yang datang jauh dari Lampung. Ia bercerita punya teman-teman yang baru hijrah, salah satunya yang tinggal di Jakarta.

“Saya diajak teman yang ada di Jakarta. Ya teman sama-sama baru hijrah. Agenda utamanya acara ini. Rencana setelah acara sekalian jalan-jalan di Jogja,” ujarnya kepada hidayatullah.com di lokasi acara.

Selain itu, ada Fidi datang dari Solo, Jawa Tengah, sejak pagi dengan mengendarai sepeda motor. Fidi datang sendiri, dengan tekad ingin belajar.

“Saya baru hijrah, saya datang ke sini mau belajar,” jawabnya sambil tersenyum.

Dalam acara yang mengusung tema besar ukhuwah ini, sekurangnya ada 16 dai nasional akan menjadi pembicara. (sumber: hidayatullah)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>