LSM Turki Bangun 1600 Rumah untuk Rohingya di Bangladesh
Sebuah LSM Turki membangun sejumlah permukiman dengan sedikitnya 1.500 rumah bambu untuk Muslim Rohingya di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh. Hamit Kunt, koordinator Asosiasi Deniz Feneri di Ankara, mengatakan kepada Anadolu Agency pada Senin bahwa mereka telah menyelesaikan pembangunan 1.600 rumah serta 700 sumur air dan lebih dari 10 masjid di tiga area permukiman untuk pengungsi Rohingya.
Asosiasi tersebut mendirikan permukiman untuk memperbaiki kondisi kehidupan warga Rohingya. Kunt mengatakan ada hampir 3 juta Muslim Rohingya di seluruh dunia dan setengah dari jumlah itu tinggal di kamp Cox’s Bazar. “LSM Turki terus membantu para pengungsi Rohingya di bidang nutrisi, air, pendidikan, akomodasi dan ibadah,” katanya.
Menurutnya, bambu dipilih sebagai bahan baku karena ketahanannya dan setiap rumah dibangun di atas bidang seluas 20 meter persegi. Dengan rumah baru, para pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar akan dapat melindungi diri mereka dari kondisi musim dingin ekstrim karena hujan deras dan badai biasanya mendominasi Bangladesh selama musim hujan.
Secara terpisah, Asosiasi Deniz Feneri juga membagikan daging kepada 1.350 keluarga di kamp serta paket berisi makanan dan selimut.
Kekerasan dan penindasan
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan yang terus meningkat sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.
Menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh tentara Myanmar.
Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga dibakar, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, menurut laporan OIDA yang berjudul ‘Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira’. Sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar sementara 113.000 lainnya dirusak.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan kekerasan terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.
PBB mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan – termasuk bayi dan anak kecil – pemukulan brutal, dan penculikan yang dilakukan oleh personil keamanan. Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. (sumber: hidayatullah)
Naskah Terkait Sebelumnya :
Indeks Kabar
- 140 Ribu Warga Palestina Terancam Terusir dari Yerusalem
- Bantah Tuduhan Ajarkan Radikalisme, Masjid di London Kampanyekan Islam Damai
- Polisi Buru Pelaku Pembakaran Masjid Edinburg
- Apresiasi Indonesia, Zakir Naik Doakan Para Pemimpin Kembali ke Al-Qur’an
- Ridwan Kamil Bertekad Jadikan Bandung Kota Halal
- Pelajaran Agama dan Bahasa Turki Dikurangi, Siswa Yunani Lakukan Boikot
- MUI Bali: Ada Upaya Terus Membenturkan Muslim dan Hindu
- Terungkap, Paus Benediktus XVI Pecat Ratusan Pastor Pedofil
- Akhlak Bagian dari Implementasi Syariat Islam
- Simposium Anti PKI Dibuka Hari Ini
-
Indeks Terbaru
- 3 Wanita Suku Togutil Pedalaman Halmahera Bersyahadat
- Pertahankan Cadar, Dosen Hayati Resmi Dipecat
- Tiga Bukti Mengapa Angka Tujuh Begitu Istimewa dalam Islam
- Menimbang Prostitusi Daring Masuk RKUHP
- Rumah Zakat Resmikan Bank Sampah Kute Mandiri
- Komunitas Pecinta Keluarga Depok Deklarasi Tolak RUU P-KS
- Dompet Dhuafa Inisiasi Program Sekolah Literasi Indonesia
- Berjuang demi Hidayah
- Komunitas Ketimbang Ngemis Bali gelar Sedekah Nasi Jumat
- Tanwir Muhammadiyah Usung Literasi Pencerahan
Leave a Reply